Thursday, December 20, 2012

Karya Tulis Kebidanan | Gambaran Interaksi Orang Tua dan Anak terhadap Perkembangan Psikomotorik pada Anak Usia 0 – 6 Tahun

BAB I
PENDAHULUAN

makalah Kesehatan
A. Latar Belakang
Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) memainkan peran penting dalam suatu tatanan kelompok masyarakat mulai dari yang kompleks sampai pada tingkatan yang lebih sederhana. Dengan memiliki SDM yang lebih berkualitas maka akan didapatkan hasil kerja yang maksimal dan berdampak positif terhadap kelompok masyarakat tersebut. Pada umumnya kualitas SDM dapat dilihat dari tiga ciri utama yaitu derajat kesehatan, pendidikan dan kepribadian. Ketiga aspek ini terbentuk melalui satu siklus hidup manusia untuk bertumbuh dan berkembang. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut berlangsung melalui suatu proses secara bertahap. Tiap tahap yang dilalui manusia dalam siklus hidupnya mempunyai kebutuhan tersendiri. Kebutuhan ini merupakan suatu hal yang apabila tidak terpenuhi akan memberikan resiko yang menghambat pertumbuhan dan perkembangan yang optimal untuk membentuk memberikan hasil yang maksimal yang ingin dicapai.(Narendra, 2002)


Pemenuhan kebutuhan pada setiap tahapan perkembangan dan pertumbuhan dalam suatu siklus hidup manusia harus dilakukan secara di dini. Pengetian dini disini ditekankan pada usia seorang manusia dan tindakan pemenuhan kebutuhannya yang lebih awal, cepat dan tepat. Apabila pemenuhan terhadap pertumbuhan dan perkembangan tersebut terhambat dapat terjadi gangguan baik yang bersifat emosional, intelektual ataupun psikososial. Pemenuhan kebutuhan ini menjadi tanggung jawab keluarga, masyarakat dan pemerintah.(Soetjiningsih, 1995)


Dalam tahapan pertumbuhan dan perkembangan, masa anak merupakan periode rawan perlu diperhatikan. Pada masa ini merupakan saat dimana sel-sel otak seorang manusia mulai berkembang dan bertumbuh dengan cepat, menyerap informasi dan mengembangkannya sesuai tingkatan pemenuhan kebutuhan yang tersedia dalam suatu kelompok masyarakat tempat manusia tersebut tumbuh dan berkembang. Tahapan pada masa anak ini memiliki istilah “Golden period” (periode keemasan) atau “Window period” (Periode jendela) dengan batasan umur 0 sampai 2 atau 3 tahun. Dikatakan golden period window period karena pada usia inilah pertumbuhan sel otak berlangsung sangat cepat, sehingga apabila jika seorang ditangani dengan baik akan memberikan dampak posotif bagi perkembangan dan pertumbuhan tahapan selanjutnya lebih baik. Berbagai stimulasi yang berkaitan terhadap aspek emosional, intelektual dan psikososial perlu dilakukan untuk mimicu pertumbuhan dan perkembangan anak pada masa ini.


Saat ini diseluruh dunia, 10 dari 12 bayi berhasil hidup. Oleh sebab itu, sebagian besar negara berkembang termasuk indonesia, masih disibukkan oleh upaya menurungkan Angka Kematian Bayi (AKB) yang kebanyakan disebabkan oleh kemiskinan, stress, gizi dan infeksi. Program ini berdampak pada masalah prningkatan kualitas hidup anak yang kemudian kurang mendapat perhatian karena dianggap tidak terlalu mendesak. Kurangnya kasih sayang dapat menjadi penyebab rendahnya kualitas anak,yang selanjutnya dapat mempengaruhi proses pertummbuhan dan perkembangan anak. Permasalahan ini belum mendapat perhatian dan memerlukan penanganan yang serius terutama pada negara-negara yang sedang berkembang.

Negara-negara yang maju telah membuktikan bahwa keberhasilan di bidang gizi dan kesehatan memberikan dampak pada kemajuan ekonomi dan perbaikan kualitas hidup. Di negara-negara yang sedang berkembang, Keadaan ini belum terjadi. Masih banyak anak yang meninggal di negara berkembang karena penyakit yang sebetulnya dapat dicegah. Salah satu faktornya adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang masalah kesehatan. Rendahnya kualitas hidup di negara berkembang memberikan dampak pada rendahnya kualitas pendidikan. Banyak anak tidak mendapatkan kesempatan untuk sekolah. Selain itu banyak juga anak yang mengalami kegagalan dalam pendidikan dan putus sekolah. Hal ini akan berdampak pada kualitas SDM nantinya ketika anak-anak yang kurang beruntung ini telah dewasa,dimana mereka akan kalah bersaing dalam hal mencari pekerjaan dan mengejar prestasi.(Alisjahbana A, 2005)

Beberapa penelitian mengatakan bahwa pembelajaran pada usia dini dapat memacu keberhasilan dan meningkatkan prestasi di sekolah, yang dengan sendirinya akan meningkatkan kualitas hidup anak yang kelak akan menjadi SDM yang dapat diandalkan di masa mendatang.

Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dpat diukur dengan memprgunakan satuan panjang dan berat. Secara garis besar terdapat empat kategori perubahan sebagai ciri pertumbuhan yaitu peribahan ukuran, perubahan proporsi, sehingga ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru pada anak tersebut. Selain itu pula terdapatpola pertumbuhan organ pada anak dimana masing-masing memiliki pola pertumbuhan yang berbeda.(Nelson G, 2000)

Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Jadi perkembangan lebih bersifat kulitatif yang pekurannya jauh lebih sulit daripada pengukuran pertumbuhan.perkembangan adalah sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan teratur dan saling terkait yang dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Termasuk juga perkembangan emos, intelektual dan psikososial sebagai hasil ineraksi dengan lingkungannya. Pengaruh psikososial yang berperan terhadap perkembangan anak antara lain adalah stimmulasi, motivasi belajar, stess, cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi orang tua dan anak tersebut. Interaksi orang tua dan anak secara timbal balik akan menimbulkan keakraban dan jalannya komunikasi dua arah yang dapat memecahkan masalah yang dapat menghambat perkembangan anak terutama pada masa anak-anak khususnya pada golden period atau window period. Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, hanya kecpatan perkembangannya saja yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya. Posisi kunci dalam pembinaan perkembangan anak teruatam pada golden period dimana anak masih berada ditangan orang tuanya. Pada manusia ini hampir seluruh waktu anak berada didekat orang tuanya sebagai pengasuh dan pendidik anak pada masa ini. Orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak baik segi positif maupun segi negatif karena dalam komunikasi orang tua berperan sebagai pengatur, pengawas, guru, pendoroong, penghibur, teman bermain dan teman bicara.
B.   Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka dapat dituliskan rumusan masalah yaitu Bagaimanakah gambaran interaksi orang tua dan anak terhadap perkembangan psikomotorik pada anak usia 0-6 tahun ?
C.   Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh informasi mengenai gambaran interaksi orang tua dan anak terhadap perkembangan psikomotorik pada anak 0-6  tahun.
2. Tujuan Khusus
a.  Mengetahui gambaran tingkat perkembangan anak yang normal sesuai dengan usia.
b.  Mengetahui gambaran interaksi orang tua dan anak terhadap perkembangan anak.
D.   Manfaat Penelitian
  1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukkan bagi instansi terkait dalam rangka meningkatkan kualitas hidup anak dan penanganan diri perkembangan anak.
  2. Sebagai bahan bacaan yang diharapkan dapat bermanfaat bagi peneliti selanjutnya
  3. Bagi penulis sendiri dapat menambah wawasan dan pengetahuan tumbuh kembang anak khususnya dalam bidang perkembangan psikomotorik anak.
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1.  Pengertian  Pertumbuhan
Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan intraselular, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti sebagian atau keseluruhan. Jadi pertumbuhan bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian dapat diukur dengan mempergunakan satuan panjang dan berat. Secara garis besar terdapat empat kategori perubahan sebagai ciri pertumbuhan yaitu peribahan ukuran, perubahan proporsi, sehingga ciri-ciri lama dan timbulnya ciri-ciri baru pada anak tersebut. Selain itu pula terdapatpola pertumbuhan organ pada anak dimana masing-masing memiliki pola pertumbuhan yang berbeda.(Soetjiningsih,1995)
Pertumbuhan berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ, maupun individu, yang bisa diukur dengan ukuran berat (garam, pound, kilogram), ukuran panjang (cm, meter umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan nitrogen dalam tubuh).
Pertumbuhan fisik adalah hasil dari perubahan bentuk dan fungsi dari organisme. Pertumbuhan pada  masa janin merupakan pertumbuhan yang paling pesat yang dialami seseorang dalam hidupnya. Dinamika pertumbuhan antenatal ini sangat menakjubkan yaitu sejak konsepsi hingga lahir. Janin tumbuh dari faktor 44 x 100.000.000 dari 0,0000175 gram menjadi 3700 gram, panjang badan dengan 3850, dari 0,01 cm menjadi 50 cm. Pada embrio 8 minggu merupakan usia yang memiliki mortalitas yang tinggi karena pada masa ini dapat terjadi abnormalitas gen atau kromosom dan gangguan kesehatan ibu.(Narendra,2002)
Pertumbuhan sejak lahir pun bervariasi dan berbeda-beda pola setiap organ yang bertumbuh. Pada pertumbuhan berat badan anak paling cepat pada masa bayi triwulan I dengan gizi yang baik sekitar 1000 gram/bulan kemudian menurun sampai pada triwulan IV sekitar 350 gram/bulan. Berat badan menjadi 4 kali berat badan lahir pada usia 2 tahun. Pada perempuan, pacu tumbuh pada masa pubertas lebih tinggi dibandingkan pacu tumbuh masa pubertas laki-laki.
Laju pertumbuhan tinggi badan mulai dari lahir sampai usia 4 – 5 tahun dengan cepat berkurang dan terus sampai umur 5 – 6 tahun. Pada umur 13 – 15 tahun dengan adanya faktor pacu tumbuh  masa pubertas menyebabkan percepatan pertumbuhan pada seorang anak. Pada pertumbuhan tinggi badan terdapat juga perbedaan puncak pertumbuhan dimana anak laki – laki biasanya lebih tinggi dibandingkan dengan anak perempuan.
Pertumbuhan organ – organ tubuh memiliki pola pertumbuhan masing – masing  yaitu pola pertumbuahan umum (general pattern), pola neural (brain and head pattern), pola limfoid (lymphoid pattern), dan pola genital (reproduktive pattern). Yang mengikuti pola umum adalah tulang panjang, otot rangka, sistem pencernaan, pernapasan, peredaran darah dan volume darah. Pertumbuhan otak bersama – sama tulang tengkorak yang melindunginya, sementara pertumbuhan mata dan telinga berlangsung lebih awal. Pertumbuhan jaringan limfoid agak berbeda dari bagian tubuh lainnya, dimana pertumbuhan organ ini mencapai maksimum sebelum masa pubertas kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa. Pertumbuhan masa pubertas kemudian menurun hingga mencapai ukuran dewasa. Pertumbuhan organ – organ mengikuti pola genital dimana pertumbuhannya berjalan lambat pada masa pra pubertas dan kemudian cepat oleh karena adanya faktor pacu tumbuh masa pubertas.(Narendra,2002)
Perkembangan ialah bertambahnya kemampuan (skill) struktur dan fungsi tubuh yang lebih kompleks. Jadi perkembangan lebih bersifat kulitatif yang pengukurannya jauh lebih sulit dari pada pengukuran pertumbuhan. perkembangan adalah sederetan perubahan fungsi organ tubuh yang berkelanjutan teratur dan saling terkait yang dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan psikososial sebagai hasil ineraksi dengan lingkungannya.(Soetjaningsih,1995)
Pengaruh psikososial yang berperan terhadap perkembangan anak antara lain adalah stimulasi, motivasi belajar, stess, cinta dan kasih sayang, serta kualitas interaksi orang tua dan anak tersebut. Interaksi orang tua dan anak secara timbal balik akan menimbulkan keakraban dan jalannya komunikasi dua arah yang dapat memecahkan masalah yang dapat menghambat perkembangan anak terutama pada masa anak-anak khususnya pada golden period atau window period.
Pola perkembangan anak adalah sama pada semua anak, hanya kecpatan perkembangannya saja yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya. Posisi kunci dalam pembinaan perkembangan anak teruatam pada golden period dimana anak masih berada ditangan orang tuanya. Pada manusia ini hampir seluruh waktu anak berada didekat orang tuanya sebagai pengasuh dan pendidik anak pada masa ini. Orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak baik segi positif maupun segi negatif karena dalam komunikasi orang tua berperan sebagai pengatur, pengawas, guru, pendorong, penghibur, teman bermain dan teman bicara.(Narendra MB,2002)
B.    Jenis – jenis perkembangan yang biasa terjadi pada anak
1.    Perkembangan emosional anak
Terdapat beberapa gangguan emosional pada masa kanak-kanak sehingga terkesan dan sebagai penyebab ketakutan kanak-kanak untuk melakukan kegiatan.
Antara Iain pada suasana yang gelap sehingga takut melakukan sesuatu pada malam hari di luar rumah, takut berhadapan dengan ‘seorang dokter karena pernah mendapat pengobatan yang berlebihan dosisnya (overdosis), karena tempramen orang dewasa di rumahnya, misalnya sering dimarahi sehingga anak takut berhadapan dengan orang dewasa, baik dengan orang tuanya sendiri maupun orang lain.
Gangguan semacam ini dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Hal ini juga dapat disebabkan karena orang tuanya sering kali bermasalah dengan psikiater (Costello, et. al., 1988). Beberapa masalah kelihatannya berkaitan dengan fase tertentu dalam kehidupan anak dan dibiarkan hilang dengan sendirinya. namun bagi yang lain memerlukan perawatan yang baik untuk mencegah timbulnya berbagai masalah waktu-waktu yang akan datang.
Beberapa tipe masalah emosional antara lainnya Kebrutalan atau kebringasan anak nampak pada perilakunya; mereka menunjukkan suatu perbuatan yang sering kali memerlukan bantuan orang lain. Misalnya berkelahi, membohong, mencuri, merusak hak milik dan merusak aturan yang berlaku. Bentuk-bentuk tindakan tersebut merupakan ekspresi yang keluar dari emosional yang terganggu. Sekalipun demikian pada umumnya anak-anak berusaha merubahnya dan menutupi prilaku mereka dengan mengemukakan alasan untuk dapat dipercayai oleh orang lain, menutupi kebohongannya dengan maksud menghindari hukuman karena perbuatannya. Akan tetapi ketika anak telah berusia lebih dari 6 atau 7 tahun sekalipun mereka tetap membuat cerita yang bohong, mereka merasa sadar dan tidak aman perasaannya. Oleh karena itu dia membuat cerita yang muluk-muluk agar orang lain percaya kepadanya, dapat pula mereka lakukan berbuat bohong tersebut karena untuk menyenangkan orang tuanya. (Chapman, 1974).
2.    Perkembangan prilaku anak
Masa kanak-kanak merupakan masa emas bagi pembentukan moral. Pada masa ini, jika suatu landasan moral yang baik telah berhasil ditanamkan, landasan moral tersebut selanjutnya akan menjadi penuntun individu dalam bertingkah laku seumur hidupnya Atas dasar inilah, orangtua perlu segera bergerak melakukan upaya-upaya untuk menanamkan nilai-nilai moral sejak anak masih kecil.
Ada beberapa hal yang perlu dipersiapkan orang tua sebagai langkah awal menanamkan nilai moral yaitu:
  1. Orang tua perlu menyadari terlebih dahulu nilai-nilai yang diyakini atau dijunjung tinggi secara pribadi. Dengan demikian, orangtua bisa menentukan nilai-nilai yang menjadi prioritas untuk ditanamkan pada diri anak. Ambillah waktu untuk memikirkan nilai-nilai apa saja yang anda anut, yang selama ini sungguh-sungguh anda pegang, dan yang ingin anda tanamkan pada anak. Sebagai contoh, mungkin nilai kejujuran lah yang Anda junjung, atau nilai penghargaan terhadap orang lain, atau nilai cinta kasih.
  2. Langkah persiapan yang kedua adalah membuat komitmen pribadi untuk mendidik anak berperilaku baik, yang mana komitmen tersebut selanjutnya akan selalu Anda jaga dengan sungguh-sungguh. Penelitian menemukan bahwa orangtua yang teguh dan ulet dalam mendidik anaknya supaya anaknya berperilaku baik, sungguh-sungguh berhasil mengubah anaknya. Oleh karena itu, jika Anda ingin menumbuhkan moral anak, buatlah komitmen pribadi untuk menumbuhkan suatu perilaku moral, dan bertahanlah berusaha hingga anak benar-benar dapat berperilaku baik seperti yang diharapkan.
  3. Langkah persiapan berikutnya adalah mempunyai harapan yang positif terhadap anak. Orang tua harus selalu mengharapkan anak bertindak sesuai nilai-nilai, dan percaya bahwa anak mampu melakukannya. Anak akan bertindak sesuai nilai moral jika ia tahu bahwa orangtuanya memang mengharapkan mereka demikian, dan mereka lebih termotivasi saat mengetahui bahwa orangtua mempercayai bahwa mereka mampu melakukan apa yang baik tersebut. Memberi kepercayaan kepada anak terbukti lebih efektif mendorong anak untuk melakukan perilaku yang diharapkan daripada menekan dengan paksaan atau mengancam dengan hukuman.
Cara-cara yang bisa digunakan orang tua untuk mengajarkan pengendalian diri antara lain sebagai berikut :
1)    Menyediakan kontrol dari luar. Memberikan batasan dan memberlakukan konsekuensi atas perilaku anak akan mendorong anak berlatih untuk mengendalikan dirinya.
2)    Tidak selalu memenuhi keinginan anak dengan segera. Anak perlu memahami bahwa pada situasi tertentu, ia tidak bisa langsung memperoleh apa yang diinginkannya.
3)    Mengajarkan cara mengatasi perasaan negatif akibat keharusan menunda keinginan. Anak bisa diajari untuk mengalihkan perhatiannya kepada hal lain ketika ia harus menunggu keinginannya terpenuhi, atau menyalurkan perasaan frustrasinya ketika keinginannya tidak terpenuhi lewat kegiatan-kegiatan yang tepat. Apabila anak masih sangat kecil, orangtua bisa membantu menenangkan ketika anak menangis atau marah-marah.
4)    Mengajari anak untuk terbiasa memikirkan akibat yang mungkin terjadi bila melakukan suatu perilaku.
5)    Memberikan contoh pengendalian diri yang baik.
3.    Pekembangan bahasa anak
Bahasa adalah segala bentuk komunikasi di mana pikiran dan perasaan seseorang disimbolisasikan agar dapat menyampaikan arti kepada orang lain. Oleh karera itu, perkembangan bahasa dimulai dari tangisan pertama sampai anak mampu bertutur kata. Perkembangan bahasa terbagi atas dua periode besar, yaitu: periode Prelinguistik (0-1 tahun) dan Linguistik (1-5 tahun). Mulai periode linguistik inilah mulai syarat anak mengucapkan kata kata yang, pertama. Yang merupakan saat paling menakjubkan bagi orang tua.
Periode linguistik terbagi dalam tiga fase besar, yaitu:
      a.    Fase satu kata atau Holofrase
Pada fase ini anak mempergunakan satu kata untuk menyatakan pikiran yang kornpleks, baik yang berupa keinginan, perasaan atau temuannya tanpa perbedaan yang jelas. Misalnya kata duduk, bagi anak dapat berarti “saya mau duduk”, atau kursi tempat duduk, dapat juga berarti “mama sedang duduk”. Orang tua baru dapat mengerti dan memahami apa yang dimaksudkan oleh anak tersebut, apabila kita tahu dalam konteks apa kata tersebut diucapkan, sambil mengamati mimik (raut muka) gerak serta bahasa tubuh lainnya. Pada umumnya kata pertama yang diucapkan oleh anak adalah kata benda, setelah beberapa waktu barulah disusul dengan kata kerja.
      b.    Fase lebih dari satu kata
Fase dua kata muncul pada anak berusia sekitar 18 bulan. Pada fase ini anak sudah dapat membuat kalimat sederhana yang terdiri dari dua kata. Kalimat tersebut kadang-kadang terdiri dari pokok kalimat dan predikat, kadang-kadang pokok kalimat dengan obyek dengan tata bahasa yang tidak benar. Setelah dua kata, muncullah kalimat dengan tiga kata, diikuti oleh empat kata dan seterusnya. Pada periode ini bahasa yang digunakan oleh anak tidak lagi egosentris, dari dan untuk dirinya sendiri. Mulailah mengadakan komunikasi dengan orang lain secara lancar. Orang tua mulai melakukan tanya jawab dengan anak secara sederhana. Anak pun mulai dapat bercerita dengan kalimat-kalimatnya sendiri yang sederhana.
       c.    Fase ketiga adalah fase diferensiasi
Periode terakhir dari masa balita yang berlangsung antara usia dua setengah sampai lima tahun. Keterampilan anak dalam berbicara mulai lancar dan berkembang pesat. Dalam berbicara anak bukan saja menambah kosakatanya yang mengagumkan akan tetapi anak mulai mampu mengucapkan kata demi kata sesuai dengan jenisnya, terutama dalam pemakaian kata benda dan kata kerja. Anak telah mampu mempergunakan kata ganti orang “saya” untuk menyebut dirinya, mampu mempergunakan kata dalam bentuk jamak, awalan, akhiran dan berkomunikasi lebih lancar lagi dengan lingkungan. Anak mulai dapat mengkritik, bertanya, menjawab, memerintah, memberi tahu dan bentuk-bentuk kalimat lain yang umum untuk satu pembicaraan “gaya” dewasa.(Anonym.http://massofa.wordpress.com,2008)
4.    Perkembangan sosialisasi anak
Syamsu Yusuf (2007)  menyatakan bahwa Perkembangan sosial merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Perkembangan sosial dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerja sama.
Sunarto dan Hartono (1999) menyatakan bahwa Hubungan sosial (sosialisasi) merupakan hubungan antar manusia yang saling membutuhkan. Hubungan sosial mulai dari tingkat sederhana dan terbatas, yang didasari oleh kebutuhan yang sederhana. Semakin dewasa dan bertambah umur, kebutuhan manusia menjadi kompleks dan dengan demikian tingkat hubungan sosial  juga berkembang amat kompleks.
Dari kutipan diatas dapatlah dimengerti bahwa semakin bertambah usia anak maka semakin kompleks  perkembangan sosialnya, dalam arti mereka semakin membutuhkan orang lain. Tidak dipungkiri lagi bahwa manusia adalah makhluk sosial yang tidak akan mampu hidup sendiri, mereka butuh interaksi dengan manusia lainnya, interaksi sosial merupakan kebutuhan kodrat yang dimiliki oleh manusia.
 C.   Perkembangan Motorik anak
1.      Usia 0-3 bulan
a)    Kemampuan Gerak Kasar : 1)  Belajar mengangkat kepala, 2) Belajar berguling – guling, 3) Menahan kepala tetap tegak
b)    Kemampuan Gerak Halus,  1) Melihat mainan gantung  dan meraihnya, 2) Memperhatikan benda bergerak,  3) Melihat benda-benda kecil, 4) Memegang benda,  5) Merasakan berbagai bentuk permukaan
c)    Kemampuan berbicara dan berbahasa;  1) Mengajak anak sering berbicara,  2) Meniruhkan ocehan bayi,  3) Kesadaran akan suara
d)    Kemampuan bersosialisasi;  1) Memenuhi rasa aman dan kasih sayang dengan memeluk dan mencium,  2) Tersenyum, mengamati, meniru, mengayun, menina bobokan
2.  Usia 3 – 6 bulan
a)  Kemampuan gerak kasar;  1) Menyangga sebagian tubuh dengan kedua kakinya,  2) Mengembangkan control terhadap otot – otot leher,  3) Belajar duduk
b)     Kemampuan gerak halus : 1) belajar menahan benda yang dipegang,  2) memindahkan barang dari tangan yang satu ke tangan yang lain,  3) belajar makan/masukan benda ke dalam mulutnya,  4) mengambil benda benda kecil
c)     Kemampuan berbicara dan berbahasa;  1) mencari sumber suara,  2) belajar meniruhkan ucapan ibu/orang lain
d) kemampuan bergaul dan mandiri;  1) perminan “ciluk-ba”,  2) melihat dirinya di kaca,  3) tertarik dengan mainan dan meraih mainan
3. Usia 6-9 bulan
a) kemampuan gerak kasar;  1) Belajar posisi berdiri,  2) Belajar merangkak,  3) Belajar berjalan dengan berpegangan
b)    Kemampuan gerak halus dan kecerdasan;  1) Memasukkan benda kedalam wadah,  2) Bermain gendang,  3) Belajar melukis dengan mencoret-coret kertas,  4) Bermain dan membuat mainan,  5) Menyembunyikan dan mencari mainan
c)    Kemampuan bicara dan bahasa;  1) Meniruhkan kata-kata,  2) Bermain percakapan dengan menggunakan boneka,  3) Bersenandung dan bernyanyi
d)    Kemampuan bergaul dan mandiri;  1) Makan bersama anggota keluarga, 2) Melatih cara mendapatkan mainan yang tidak terjangkau
4. Usia 12 – 15 bulan
a)     Kemampuan gerak kasar;  1) Menarik mainan sambil berjalan,  2) Belajar berjalan mundur,  3) Berjalan naik dan turun tangga, 4) Berjalan sambil berjinjit,  5) Menangkap dan melempar,
b)  Kemampuan gerak halus dan kecerdasan; 1) Bermain dengan balok – balok,  2) Memasukkan dan mengeluarkan benda,  3) Memasukkan benda yang satu ke benda yang lain,
c)     Kemampuan bicara dan bahasa;  1) Menyebutkan benda – benda yang diinginkan dengan baik dan benar,  2) Menyebutkan nama bagian tubuh,  3) Belajar merangkai kata – kata dengan baik
d)     Kemampuan bergaul dan mandiri :  1) Menirukan pekerjaan rumah tangga,  2) Belajar melepaskan pakaian sendiri,  3) Belajar makan sendiri,  4) Belajar makan sendiri,  5) Merawat mainan,  6)     Membawa ketempat umum/ tempat rekreasi dan diminta untuk menyebutkan apa yang dilihatnya.
5.  Usia 15 – 18 bulan
a)  Kemampuan motorik kasar ;  1) Bermain diluar rumah (ayunan, memanjat dll),  2) Bermain air (berenang),  3) Menendang bola
b)     Kemampuan motorik halus;  1) Meniup,  2) Membuat untaian
c)     Kemampuan bicara dan bahasa;  1) Menceritakan gambar,  2) Bermain telepon,  3) Menyebutkan nama – nama makanan dll,
d) Kemampuan bergaul dan mandiri;  1) Memeluk dan mencium,  2) Memungut mainan,  3) Membantu kegiatan di rumah,  4) Bermain dengan teman sebaya
6. Usia 18 – 24 bulan
a)     Kemampuan gerak kasar;  1) Melompat,  2) Keseimbangan tubuh dengan berdiri satu kaki,  3) Menjalankan berbagai macam mainan,
b) Kemampuan gerak halus;  1) Menentukan ukuran dan bentuk,  2) Permainan puzzle,  3) Menggambar wajah atau bentuk,  4) Membuat adonan
c)     Kemampuan bicara dan bahasa;  1) Menonton tv dan menceritakannya,  2) Mengikuti perintah atau petunjuk,  3) Menceritakan buku bergambar
d)     Kemampuan bergaul dan mandiri;  1) Permainan yang membutuhkan interaksi dan komunikasi,  2)    Membuat mainan,  3) Berpakaian sendiri
7. Usia 2 – 3 tahun
a)  Kemampuan motorik kasar;  1) Latihan menghadapi rintangan,  2) Melompat,  3) Melempar dan menangkap
b)     Kemampuan motorik halus dan kecerdasan;  1) Menggabungkan potongan gambar,  2) Memilih dan mengelompokkan benda-benda menurut jenisnya,  3) Mencocokkan gambar dengan gambar / benda,  4) Konsep jumlah,  5) Bemain dan berhitung dengan balok
c)     Kemampuan bicara dan bahasa;  1) Mengetahui nama dirinya dan orang lain di lingkungan keluarga,  2) Cerita tentang dirinya,  3) Menyebut bagian – bagian pakaian,  4) Menyatakan keadaan suatu benda
d)     Kemampuan bergaul yang mandiri;  1) Mencoba membersihkan dirinya sendiri,  2) Berdandan (memilih pakaian sendiri),  3) Berpakaian tanpa bantuan,  4) Sering membawa anak ketempat rekreasi
8.  Usia 3 – 4 tahun
a)     Kemampuan motorik halus dan kecerdasan;  1) Menangkap bola ukuran kecil,  2) Berjalan mengikuti garis,  3) Melompat satu kaki secara bergantian,  4) Menjatuhkan kerikil kedalam kaleng,  5) Berjalan jinjit dengan memperhatikan rambu-rambu
b)     Kemampuan motorik kasar ;  1) Memotong / menggunting,  2) Menyusun tempelan cerita gambar,  3)     Menjahit / memasukkan benang kedalam lobang kecil,  4)     Mengajari anak mengenal angka 1-10
c)     Kemampuan bicara dan bahasa;  1)     Buatlah anak untuk mengajukan beberapa pertanyaan,  2)     Buatlah anak agar dapat bercerita,  3)     Menceritakan foto yang ada di dirinya,  4)     Melatih anak menyebutkan huruf sesuai pengucapannya,  5)     Konsep tentang waktu,  6)     Definisi dan m embuat kalimat,  7)     Lawan kata dan perbandingan
d)     Kemampuan bergaul dan mandiri;  1)     Memakai dan mengancingkan pakaian sendiri,  2)     Makan sendiri dengan menggunakan sendok dan garpu,  3)     Mencuci tangan dan kaki sendiri,  4)     Mengenal batasan dan peraturan
9.      Usia 4 – 5 tahun
a)     Kemampuan motorik kasar; 1) Melompat tali,  2) Bermain engklek,  3) Lomba karung,  4) Golf miniature
b) Kemampuan motorik halus dan kecerdasan,  1) Kensep tentang separu dan satu,  2) Menggambar,  3) Mencocokkan dan menghitung benda – benda kecil,  4) Memotong kertas dan membuat suatu bentuk,  5) Menyusun dan membandingkan suatu benda
c)     Kemampuan bicara dan bahasa;  1) Menginat benda – benda yang dipakai bermain,  2) Mengenal kata – kata dan benda,  3) Bermain angka dengan kartu dan dadu,  4) Bercerita dan membaca gambar dalam majalah anak, berikan kesempatan anak untuk memperbaiki informasi yang salah dari kita,  5) Mengenal musim dan kejadian – kejadian yang terjadi
d)     Kemampuan bergaul dan mandiri;  1) Memberikan kesempatan anak untuk berkunjung ke tetangga tanpa ditemani,  2) Memberi kesempatan kepada anak  untuk membuat boneka dan buatlah seolah – olah boneka dapat berbicara sehingga dapat berkomunikasi dengan teman-temannya,  3)     Menggambar poster tubuh, bermain kreatif dengan teman, bermain pasar-pasaran dll
10.   Usia 5 – 6 tahun
a)     Kemampuan motorik kasar;  1)  Bermain sepeda, sepatu roda dll (berikan  hal-hal untuk keamanannya)
b) Kemampuan motorik halus dan kecerdasan,  1) Mengenal urutan kegiatan,  2) Membuat bentuk binatang, dll dari lilin/tanah liat,  3) Belajar mengukur, memasak ringan, mengenal waktu, menggambardari beberapa sudut pandang
c)     Kemampuan bicara dan bahasa;  1) Mengenal benda – benda yang serupa dan berbeda,  2) Bermain bola keranjang, menebak benda,  3) Menjaawab pertanyaan “ mengapa “, 4) Membaca tanda-tanda lalu lintas, meneliti keadaan di rumah
d) Kemampuan bergaul dan madiri;  1)  Luangkan waktu untuk banyak bercakap – cakap dengan komunikasi yang lebih lengkap, jangan mencaci, menyalahkan keyakinan bahwa anda mengerti dengan apa yang dikatakan,  2) Bantulah anak dalam menyampaikan kata – kata dengan benar kepada teman sebayanya, 3) Mengenal peraturan keluarga
D.   Stimulasi orang tua dan anak
1.  Stimulasi motorik kasar 0 -12 bulan
a.    Meletakkan bayi dalam posisi telungkup dan mengngendong bayi dalam posisi tegak, b.    Meletakkan bayi dalam posisi tidur pada salah satu sisi badanm c.    Mengangkat bayi pada ketiaknya dengan telapak kaki menyentuh lantai atau meja, d.    Mendudukkan bayi pada kursi bersandaran, e.    Memegang kedua tangan bayi/menegakkan kedua tangan bayi pada perabot agar bayi melangkah, f.      Menggelindingkan bola besar untuk dipukul kembali oleh bayi, g.    Membuat bayi berjalan beberapa langkah tanpa berpegangan,
2.  Stimulasi Motor Kasar 13 – 24 bulan
a.    Berrmain mengelindingi bola besar bersama anak; b.    Membiarkan anak berjalan sendiri tanpa berpengangan; c.    Memberikan mainan yang bisa ditarik ketika anak berjalan; d.    Menunjukkann dan mengajak anak berjalan berjinjit; e.    Bermain melempar, menangkap, dan menendang bola bersama anak; f.      Membiarrkann anak bermain di kolam/ bak/ pancuran air; g.    Mengajari anak melompat dengan kedua kaki; h.    Mengajari anak berdiri pada suatu kaki;
3.  Stimulasi motorik kasar 25 – 36 bulan
a.    Memberikan mainan yang bisa ditari ketika anak berjalan; b.    Mengajak anak memanjat tangga; c.    Mengajak anak berlari – lari di halaman;d.    Mengajar anak melompat dengan kedua kaki; e.    Mengajar anak berdiri pada satu kaki; f.      Bermain melempar, menangkap dan menendang bola besar bersama anak; g.    Mengajar anak bermain sambil merangkak di kolong meja, berjinjit mengelilingi kursi, dll; h.    Mengajar anak melompat jauh (melewati jarak 1 -  2 meter)
4.  Stimulasi motorik halus 0 – 12 bulan
a.    Mengikat tali di atas tempat tidur bayi untuk menngantungkan mainan yang berputar; b.    Meletakkan mainan kecil dalam kedua genggaman bayi, kemudian menariknya perlahan – lahan; c.    Memberi kesempatan kepada bayi untuk makan sendiri dengan tangannya; d.    Meletakkan benda – benda kecil dan membiarkan bayi mengambilnya untuk kemudian menuntunnya memasukkan benda – benda tersebut kedalam suatu wadah dari kanton/ kaleng/ botol bekas; e.    Membiarkan bayi bermain bunyi – bunyian dengan memukulkan sendok pada kaleng; f.      Menyediakan krayon/ pensil warna dan kertas kemudian mengajak bayi menggambar
5.  Stimulasi Motorik Halus 13 – 24 bulan
a. Mengajari anak menyusun balok (kardus/ potongan kayu bekas, ukuran kira-kira 2,5 x 2,5 x 2,5 cm) tanpa menjatuhkannya; b. Mengajari anak memasukkan benda ke dalam wadah dan mengeluarkannya kembali, c; Menyediakan benda yang sama dalam berbagai ukuran (contoh mangkuk, gelas plastik) dan mengajak anak memasukkan benda yang kecil kedalam benda yang besar; d Mengajari anak meniup busa sabun dengan alatnya; e. Menujukkan kepada anak cara menggambar garis, bulatan, wajah, dll
 6.    Stimulasi Motorik Halus 24 – 48 bulan
a.      Memberikan bermacam – macam benda (uang logam, kancing, kelereng, dll) dan meminta anak mengelompokkan benda – benda tersebut menurut jenisnya; b.      Menunjukkan kepada anak anak cara mencocokkan gambar (bulatan) dengan  benda (bola) sesungguhnya; c.      Menunjukkan kepada anak mengelompokkan benda berdasarkan junlahnya (1 – 3)
7.  Stimulasi Berbahasa 0 – 12 Bulan
a.      Berbicara langsung kepada bayi; b.      Meniru suara bayi; c.      Mengajak bayi mendengarkan berbagai suara (bel, mainan kerincingan, radio, musik, orang berbicara dsb); d.      Mengulangi beberapa kata agar bayi menirunya; e.      Dengan menggunakan buku bergambar/ majalah; menyebutkan nama gambar – gambar dan menunjukkannya kepada bayi; f.       Menyanyikan lagu dan membacakan syair kepada bayi;
8.  Stimulasi berbahasa 13 – 24 bulan
a. Mengajak anak membuat suara dari berbagai benda (kaleng, kerincingan, potongan kayu, dsb); b. Menyebutkan dan menunjukkan bagian – bagian tubuh dan nama – nama barang kepada anak, c. Mengajari anak melakukan pebicaraan/kalimat dengan menggunakan 2 kata;  d. Sambil melihat buku bergambar/majalah, meminta anak untuk untuk menceritakan apa yang dilihatnya, e. Bermain telpon-telponan (dari kardus/kaleng) dengan orang lain misalnya dengan ayah di kantor; f . Menemani anak menonton acara anak-anak di televisi maksimal 1 jam sehari; g. Mulai memberikan perintah kepada anak dan menunjukkan cara mengerjakannya (contoh ; meletakkan gelas di meja, membawakan kaos merrah, dsb); h. Meminta anak menceritakan pengalaman (lingkungan) atau apa yang dilihatnya dalam buku
9.  Stimulasi berbahasa 25 – 36 bulan
    1. Membacakan buku cerita didepan anak
    2. Mendorong anak untuk menceritakan apa yang dilihatnya dari buku ataupun lingkungan sekitar
    3. Memilih program televisi untuk ditonton oleh anak
    4. Mendampingi anak menonton televisi maksimal 1 jam sehari
    5. Mengajari anak menyebut namanya secara lengkap
    6. Bercerita tentang kejadian yang dialami anak
    7. Menyebutkan nama jenis – jenis barang yang sering digunakan anak
    8. Menyatakan keadaan suatu benda, misalnya ‘pakai kemeja merah’,dsb
10. Stimulasi bersosialisasi 0 – 12 bulan
  1. a.      Memeluk dan membelai bayi, berbicara dengan suara lembut dan halus
  2. b.      Mengajak bayi tersenyum sambil menatap mata bayi
  3. c.      Mengayun bayi sambil tetap berada didekatnya untuk membelai
  4. d.      Bersenandung ketika menidurkan bayi
  5. e.      Bermain “ciluk-ba” dengan bayi
  6. f.       Meletakkan mainan sedikit diluar jangkauan bayi dan mengusahakan bayi meraih mainannya sendiri
  7. g.      Mengajak bayi bermain dengan orang lain
  8. h.      Mengajar bayi memegang cangkir dan minum dari cangkir tersebut dan makan makanannya bersama – sama dengan anggota keluarga lainnya
11. Stimulasi bersosialisasi 13 – 24 bulan
  1. Menunjukkan kepada anak cara memegang sendok dan membiarkan anak makan sendiri
  2. Sering mengajak anak pergi tempat umum (pasar, mall, taman, posyandu, dsb)
  3. Membujuk dan menenangkan anak jiwa rewel dengan memeluk dan menciumnya
  4. Mengajari anak untuk membereskan mainannya dan membantu mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan di sekitar rumah (melap meja makan, dsb)
  5. Membiarkan anak mengenakan dan melepaskan pakaian sendiri, termasuk mengancingkan dan membuka kancing baju
  6. Mengajar anak bermain dengan teman sebaya secara teratur, menunjukkan permainan baru misalnya main petak umpet
  7. Mengajak anak membuat dan bermain rumah-rumahan
  8. Meminta tetangga/kerabat mengawasi anak ketika anda harus meninggalkan anak
12. Stimulasi bersosialisasi 25 – 36 bulan
  1. Membujuk dan menenangkan anak jika ia rewel
  2. Mengajak anak pergi ke tempat umum (toko, tempat bermain, dll)
  3. Mengajak anak membersihkan tubuhnya sendiri ketika kotor
  4. Mengajari anak untuk memberitahu anda bila ingin buang air kecil/besar
  5. Mengajari anak melakukan beberapa pekerjaan rumah tangga yang ringan (melap meja, membereskan mainan, dsb)
  6. Membiarkan anak berdandan seperti dan dengan pakaian orang dewasa.
BAB III
KERANGKA KONSEP
A.        Kerangka Konsep
Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui lama waktu interaksi orang tua dan anak dan jenis interaksinya terhadap perkembangan psikomotorik anak, maka menurut teori ada beberapa macam perkembangan yang biasa terjadi pada perkembangan psikomotorik anak yaitu interaksi ibu terhadap anak, motorik halus dan motorik kasar,emosional atau bahasa, dan sosialisasi.
Motorik halus
Motorik kasar
Interaksi ibu terhadap anak
Tingkat pekembangan anak sesuai usia 0 – 6 tahun
sosialisasi
Emosional / bahasa
Usia 0 – 3 tahun
Usia 3 – 6 tahun
Keterangan :
: variabel yang di teliti
: variable yang tidak diteliti
B.   Variabel yang diteliti
Variabel penelitian
1.  Variabel terikat
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perkembangan psikomotorik anak
2.  Variabel bebas
Variabel bebas dalam penelitian ini yaitu interaksi orang tua dan anak
C.        Definisi operasional
a.  Perkembangan psikomotorik anak adalah perkembangan anak yang dinilai dari gerakan motorik kasar, gerakan motorik halus, dan kemampuan bersosialisasi
b.  Interaksi orang tua merupakan interaksi yang dilakukan orang tua bersama anak baik bersifat aktif (memberikan stimulasi yang dibutuhkan anak) ataupun pasif (tanpa/kurang memberikan stimulasi pada anak.
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A.        Jenis Penelitian
Metodologi penelitian yang digunakan untuk anak adalah penelitian, deskriptif untuk pempengaruhi pengaruh interaksi orang tua dan anak terhadap perkembangan psikomotorik anak.
B.        Lokasi dan Waktu Penelitian
1.  Lokasi penelitian
Di wilayah kerja puskesmas  liliriaja Kab.Soppeng.
2.  Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan kurang lebih 2 minggu, pada tanggal 12 mei sampai 20 mei.
C.        Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah semua orang tua anak yang berumur 0-6 tahun di wilayah puskesmas liliriaja.
2.  Sampel
Sampel adalah sebagian orang tua dari anak tersebut yang mau berpastisipasi dalam penelitian ini yaitu 40 sampel.
D.        Cara pengumpulan data
Dalam penelitian ini akan diambil data primer berdasarkan kuesioner yang di bagikan kepada orang tua anak tersebut untuk mengetahui perkembangan psikomotorik anak.
E.        Metode pengolahan dan analisis data
1.     Teknik pengolahan data
Dari hasil data menggunakan bantuan komputer, dan disusun serta disajikan dalam bentuk narasi.
2.    Analisa data
Analisa data dilakukan dengan melihat distibusi frekuensi setiap variable yang diteliti analisis statistic, dengan menggunakan distibusi frekuensi. Menurut Eko Budiarto (2001) :
Keterangan :
P      : persentase yang dicari
∑F   : frekuensi
n      : Jumlah total
BAB V
HASIL  PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.   Hasil Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada tanggal 12 mei sampai 20 mei 2011 diwilayah kerja puskesmas liliriaja Kab.Soppeng. pengambilan sampel dilakukan dengan cara pengambilan sampel homogen atau 20% dari populasi yang ada di wilayah tersebut yaitu 40 orang. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rumus analisa data frekuensi dan distribusi sampel dari populasi pada setiap variable yang diteliti. Maka dalam penelitian ini dihasilkan gambaran responden berdasarkan perkembangan psikomotorik anak dan gambaran interaksi orang tua terhadap anak. Hasilnya dapat lihat sebagai berikut
1. Perkembangan psikomotorik
Table 4.1
Distribusi Frekuensi Anak  Berdasarkan Tingkat Perkembangan Sesuai Usia Pada Anak Usia (0-6) di wilayah
Puskesmas Liliriaja Kab.Soppeng
tahun 2011
Umur
Motorik kasar
Motorik halus
Bahasa
sosialisasi
Persentase
3-4 tahun
16
16
16
16
40
4-5 tahun
10
10
10
10
25
5-6 tahun
14
14
14
14
35
total
40
40
40
40
100
Sumber data : data primer, 2011
Berdasarkan table 4.1 diatas diperoleh bahwa perkembangan anak sesuai usia pada umur 3-4 tahun 16 anak (40%), umur 4-5 tahun 10 anak (25%), dan umur 5-6 tahun 14 anak (35%).
          Grafik 4.1
Distribusi Frekuensi Anak  Berdasarkan Tingkat Perkembangan Sesuai Usia Pada Anak Usia (0-6) di wilayah
Puskesmas Liliriaja Kab.Soppeng
Tahun 2011
2. Interaksi orang tua terhadap anak.
Table 4.2
Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Interaksi Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia (0-6) di wilayah Puskesmas Liliriaja Kab.Soppeng
Tahun 2011
variabel
frekuensi
Persentase
Aktif
26
65
Pasif
14
35
  total
40
100
Sumber Data : Data Primer, 2011
Berdasarkan table 2 diperoleh fakta bahwa interaksi orang tua terhadap anaknya yang aktif sebanyak 26 orang tua (65%) dan yang pasif hanya 14 orang tua (35%).
Grafik 4.2
Distribusi Frekuensi Anak Berdasarkan Interaksi Orang Tua Terhadap Perkembangan Anak Usia (0-6) di wilayah Puskesmas Liliriaja Kab.Soppeng
Tahun 2011
Sumber Data : Data Primer, 2011
B.   Pembahasan
1. Gambaran Perkembangan Psikomotorik
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa perkembangan psikomotorik anak pada  anak usia 3 – 4 tahun tingkat perkembangan psikomotorik 40 %, umur  4 – 5 tahun 25% dan umur 5 – 6 tahun mencapai 35 %.distribusi tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan psikomotorik anak pada wilayah Puskesmas Liliriaja Kabupaten Soppeng sangat baik.
Hasil penelitian ini di dukung oleh pendapat soetjaningsih, 1995 bahwa perkembangan adalah sederatan perubahan fungsi tubuh yang berkelanjutan teratur dan saling terkait yang dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Menurut Syamsu Yusuf ,2007. Menyatakan bahwa perkembangan social merupakan pencapaian kematangan dalam hubungan social. Perkembangan social dapat pula diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma – norma kelompok moral dan tradisi meleburkan diri menjadi satu kesatuan dan saling berkomunikasi dan kerjasama.
Pengaruh psikiolososial sangat berperan penting terhadap perkembangan anak antara lain : stimulasi , motivasi belajar, stress, cinta dan kasih sayang. Serta kualitas interaksi orang tua anak tersebut.
2. Gambaran Interaksi Orang Tua Terhadap Anaknya.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hasil bahwa interaksi orang tua terhadap anaknya yang bersifat aktif mencapai 65% dan yang bersifat pasif 35%. Dari distribusi tersebut dapat dilihat bahwa perkembangan psikomotorik anak pada wilayah Puskesmas  Liliriaja Kabupaten Soppeng.
Pola perkembangan anak pada dasarnya adalah sama pada semua anak. Hanya saja kecepatan perkembangannya saja yang berbeda atara anak yang satu dengan anak yang lainnya. Posisi kuncinya dalam pembinaan perkembangan akan terutama pada golden priode dimana anak masih berada ditangan orang tuanya. Pada manusia ini hampir seluruh waktu anak berada didekat orang tuanya sebagai pengusaha dan pendidik anak pada masa ini. Orang tua dapat mempengaruhi perkembangan anak baik positif maupun segi negative karena dalam komunikasi orang tua berperan sebagai pengatur, pengawas, guru, pendorong, peghibur, teman bermain dan teman bicara menurut Narendra MB,2002.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
A.   KESIMPULAN.
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.   Anak di wilayah kerja Puskesmas Liliriaja Kabupaten Soppeng sebagian besar memiliki perkembangan psikomotorik yang baik.
2.   Sebagian besar Interaksi antara orang tua di wilayah kerja Puskesmas Liliriaja Kabupaten Soppeng memiliki interaksi yang aktif  terhadap anaknya. Ini merupakan hal yang sangat baik bagi perkembangan anak pada masa belajar.
B.   SARAN.
Berdasarkan hasil penelitian ini ada beberapa saran yang dapat diberikan pada pihak yang terkait :
1.  Bagi puskesmas
Diharapkan kepada pihak Puskesmas dan instansi terkait untuk mempertahankan dan meningkatkan kegiatan – kegiatan yang dapat mempertahan dan meningkatkan masalah kesehatan terutama masalah perkembangan motorik anak.
2.  Bagi Akademik
a.  Memberikan pemahaman kepada mahasiswa tentang perkembangan psikomotorik anak sehingga bisa memberikan penjelasan kepada orang tua anak  Tentang hal tersebut
b.  Menyediakan buku-buku terbaru yang berhubungan dengan perkembangan psikomotorik anak sehingga dalam melakukan penelitian mahasiswa tidak mengalami kesulitan
3.  Bagi peneliti selanjutnya.
Diharapkan peneliti lain untuk menambah jumlah sampel penelitian dan melakukan penelitian dengan variable yang berbeda.