BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Karies gigi adalah penyakit pada jaringan
keras gigi yang disebabkan oleh kerja mikroorganisme pada karbohidrat
yang dapat diragikan. Karies gigi dapat menyebabkan focal infection
dental origin yaitu infeksi kronis di suatu tempat yang memicu penyakit
di tempat lain.
Karies gigi merupakan masalah utama dari
penyakit gigi dan mulut di beberapa daerah karena data menunjukkan
prevalensi dan derajat karies yang tinggi.
Berdasarkan hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) pada tahun 1995, penyakit gigi dan mulut
yang ditemukan di masyarakat masih berkisar penyakit yang menyerang
jaringan keras gigi (karies) dan penyakit periodontal, yang menyatakan
bahwa 63% penduduk Indonesia menderita kerusakan gigi aktif (kerusakan
pada gigi yang belum ditangani). Pengalaman karies perorangan rata-rata
(DMF-T = Decay Missing Filling-Teeth) berkisar antara 6,44 dan 7,8 yang
berarti telah melebihi indeks DMF-T yang telah ditetapkan oleh WHO
( World Health Organization), yaitu 3. Selanjutnya Hasil Surkesnas 1998
menyatakan bahwa 62,40% penduduk merasa terganggu aktivitasnya selama 4
hari akibat dari karies gigi dan berdasarkan SKRT 2004 prevalensi
karies gigi mencapai 90,05%. Sedangkan hasil Penelitian Direktorat
Kesehatan Gigi tahun 1990, di Kalimantan Barat 99%, Kalimantan Selatan
96%, Jambi 92%,Sulawesi Selatan 87%, Maluku 77%.(Anonim,2010)
Di Indonesia, laporan penelitian mengenai
prevalensi kerusakan gigi masih langka, walaupun observasi lapangan
menunjukkan cukup banyak dijumpai karies rampan (Armasastra dan
Antoraharjo, 1986). Padahal penelitian demikian sesungguhnya diperlukan
sebagai indikator untuk menilai keadaan kesehatan gigi dan keberhasilan
upaya kesehatan gigi.
Penelitian di RSU Dr.Pingadi Medan tahun
2007 berdasarkan sosiodemografi yang terbanyak menderita karies pada
karakteristik umur >14 tahun (87,6%), jenis kelamin perempuan
(60,7%), suku Jawa (53,8%), agama Islam (62,1%), pekerjaan pada
pelajar/mahasiswa (42,1%). (Anonim, 2010)
Newbrun (1989) mengatakan bahwa penyakit
karies gigi adalah penyakit multifaktorial meliputi faktor utama yaitu
gigi mikroorganisme, karbohidrat dan sebagai faktor tambahan. Ketiga
faktor tersebut saling berkaitan dan saling mempengaruhi sehingga
apabila salah satu faktor tidak ditemukan, maka tidak akan terjadi
penyakit karies gigi. Hingga saat ini sudah banyak hasil penelitian yang
menggambarkan terjadinya penyakit karies gigi yang mudah difermentasi
oleh mikroorganisme. (Nurlaila 2005)
Berdasarkan data program Kesehatan gigi
dan mulut di Puskesmas Bara-Baraya menunjukkan prevalensi karies gigi
tahun 2009 sebanyak 14,7% sedangkan tahun 2010 meningkat menjadi 18,8%,
sehingga penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut dan menuangkan
dalam bentuk karya tulis ilmiah mengenai gambaran karakteristik pasien
dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar
Tahun 2011.
B. RUMUSAN MASALAH
Bagaimana gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011 ?
Bagaimana gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011 ?
C. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.
2. Tujuan Khusus
- Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan umur dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.
- Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan jenis kelamin dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.
- Untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien berdasarkan tingkat pendidikan dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar tahun 2011.
- Untuk menambah wawasan dan khasanah ilmu tentang pengetahuan yang berhubungan dengan karakteristik pasien penderita karies gigi.
- Sebagai bahan dasar referensi peneliti-peneliti berikutnya dalam meningkatkan derajat kesehatan gigi dan mulut
- Dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam penentuan kebijakan kesehatan untuk tujuan prepentif, kuratif atau rehabilitatif khususnya di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Umum tentang Karies
1. Pengertian Karies
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). (Pratiwi,2007)
1. Pengertian Karies
Karies adalah kerusakan yang terbatas pada jaringan gigi mulai dari email gigi hingga menjalar ke dentin (tulang gigi). (Pratiwi,2007)
Karies gigi merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email dentin dan sementum yang disebabkan oleh aktifitas mikroorganisme dalam karbohidrat yang diragikan.
Indikator karies gigi dapat berupa
prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari indeks karies. Prevelensi
karies adalah angka yang mencerminkan penderita karies gigi dalam
periode tertentu disuatu subjek Penelitian. Indeks karies gigi yaitu
angka yang menunjukkan jumlah gigi karies seseorang atau sekelompok
orang. Indeks karies gigi tetap disebut DMF (D,decayed = gigi karies
yang tidak ditambal ; M, missing = gigi karies yang sudah atau seharusya
dicabut ; F, filled = gigi karies yang sudah ditambal), pertama kali
dikenalkan oleh Klein 1938. (Suwelo,1992)
Status karies gigi Dengan mengunakan
indeks dari WHO yaitu DMF-T (decay,filling,tooth) dengan kriteria
0,0-1,1 (sangat rendah), 1,2-2,6 (rendah),2,7-4,4 (sedang) 4,5-6,6
(sangat tinggi). (Fransario,2007)
2. Faktor Yang Mempengaruhi Karies
Karies gigi merupakan proses patologis yangterjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Karies hanya bias terjadi apabila ada 4 faktor yaitu : mikroorganisme, subsrat,host dan waktu yang bekerja secara simultan. (Rahina,2002-2003)
Karies gigi merupakan proses patologis yangterjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Karies hanya bias terjadi apabila ada 4 faktor yaitu : mikroorganisme, subsrat,host dan waktu yang bekerja secara simultan. (Rahina,2002-2003)
Keadaan gigi yang mempengaruhi
terbentuknya karies antara lain morfologi gigi karena morfologi gigi
mempengaruhi resistensi gigi terhadap karies. Selanjutnya adalah saliva
yang mempengaruhi komposisi mikroorganisme didalam plak, saliva juga
mempengaruhi pHnya. Karena itu jika aliran saliva berkurang atau hilang
maka jaringan karies mungkin tidak terkendali. (Surwelo,1992)
(Kidd,1992)
Walaupun banyak perbedaan pendapat
tentang bagaimana dan mikroorganisme mana sebagai penyebab karies, namun
semua ahli sependapat bahwa karies gigi tidak akan terjadi tanpa
mikroorganisme.
Substrat adalah campuran makanan halus
dan diminuman yang dikomsumsi sehari-hari yang menempel di permukaan
gigi. Subrat ini berpengaruh terhadap karies secara lokal di dalam
mulut. Sedangkan waktu adalah kecepatan terbentuknya karies dalam waktu
yang lama, karies tidak mengahancurkan gigi dalam hitungan hari atau
minggu melainkan dalam bulan atau tahun. Penurunan pH yang
berulang-ulang dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi
permukaan gigi rentan dan proses karies pun dimulai. (Suwelo,1992)
Adapun faktor lain yang erat hubungannya
dengan terbentuknya karies gigi, antara lain usia, jenis kelamin,
keturunan, Ras, Makanan, unsure kimia dan Plak.
3. Klasifikasi Karies Gigi
Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi)
Berdasarkan stadium karies (dalamnya karies gigi)
- Karies superficialis yaitu dimana karies baru mengenai enamel saja, sedang dentin belum terbuka.
- Karies media yaitu dimana karies sudah mengenai dentin, tetapi belum melebihi setengah dentin.
- Karies propunda yaitu dimana karies sudah mengenai lebih dai setengah dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa.
G.V.BLAK mengklasifikasi kavitas atas 5
bagian dan diberi tanda dengan nomor romawi, dimana kavitas
diklasifikasi berdasarkan permukaan gigi yang terkena karies.
1) Klas I
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
2) Klas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi Molar atau Premolar yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.
3) Klas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi.
4) Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan dan sudah mencapai 1/3 incisal dari gigi.
5) Klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi beakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi. (Taringan,1990)
Karies yang terdapat pada bagian oklusal (pits dan fissur) dari gigi premolar dan molar (gigi posterior) terdapat pada gigi anterior di foramen caecum.
2) Klas II
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi Molar atau Premolar yang umumnya meluas sampai ke bagian oklusal.
3) Klas III
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi depan, tetapi belum mencapai 1/3 incisal gigi.
4) Klas IV
Karies yang terdapat pada bagian approximal dari gigi-gigi depan dan sudah mencapai 1/3 incisal dari gigi.
5) Klas V
Karies yang terdapat pada bagian 1/3 leher dari gigi-gigi depan maupun gigi beakang pada permukaan labial, lingual, palatal ataupun bukal dari gigi. (Taringan,1990)
4. Pencegahan Karies
Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu :
Secara teori ada tiga cara dalam mencegah karies yaitu :
a. Hilangkan substrat karbohidrat
Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi komsumsi gula dan membatasinya saat makan saja.
Untungnya tidaklah perlu menghilangkan secara total karbohidrat dari makanan kita. Yang diperlukan hanyalah mengurangi frekuensi komsumsi gula dan membatasinya saat makan saja.
b. Tingkatkan ketahanan gigi
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan memaparkannya terhadap flour secra tepat,pit dan fissure yang dalam dapat dikurangi kerentangannya dengan mentupnya memakai resin.
Email dan dentin yang terbuka dapat dibuat lebih resisten terhadap karies dengan memaparkannya terhadap flour secra tepat,pit dan fissure yang dalam dapat dikurangi kerentangannya dengan mentupnya memakai resin.
c. Hilangkan plak bakteri
Secara teoritas permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies, tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogeniknya saja. (Kidd,1992)
Secara teoritas permukaan gigi yang bebas plak tidak akan menjadi karies, tetapi penghilangan total plak secara teratur bukanlah pekerjaan mudah. Untungnya tidak semua kuman dalam plak mampu meragikan gula sehingga tidaklah mustahil untuk mencegah karies dengan jalan mengurangi kuman yang kariogeniknya saja. (Kidd,1992)
B. Tinjauan Umum Tentang Prevalensi Karies
1. Arti Prevalensi
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari indeks karies. Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan jumlah penderita karies gigi dalam periode tertentu di suatu subjek penelitian (Ahmad Watik Praktiknnya, 1986).
1. Arti Prevalensi
Indikator karies gigi dapat berupa prevalensi atau frekuensi karies dan skor dari indeks karies. Prevalensi karies gigi adalah angka yang mencerminkan jumlah penderita karies gigi dalam periode tertentu di suatu subjek penelitian (Ahmad Watik Praktiknnya, 1986).
Pada penelitian epedemiologi karies pada gigi geligi tetap sering digunakan angka atau menurut Klien dan Palmer.
D : Decayed : terkena karies
M : Missing : hilangnya suatu elemen karena karies
F : Filling : tambalan baik
M : Missing : hilangnya suatu elemen karena karies
F : Filling : tambalan baik
Indeks DMF atau def gigi disebut DMF-T
(DMF-Tooth) untuk gigi tetap atau def-t untuk gigi tetap sulung dan di
permukaan gigi disebut DMF-S (DMF-Surface) untuk permukaan gigi sulung.
Batasan prevalanse dan indeks ini dapat secara serangan digunakan unuk
mengumpulkan data, sehingga diketahui keadaan kesehatan gigi rata-rata
tiap orang di suatu populasi tertentu.(Suweto, 1992).
2. Prevalensi Karies
Karakteristik karies rampan adalah adanya karies pada permukaan proksimal gigi insisivus bawah yang berkembang hingga mengenai servikal gigi (Davies : 1954). Karies rampan didefinisikan sebagai karies akut yang menyebar secara cepat dan menyeluruh, termasuk gigi bawah yang biasanya tahan terhadap karies. Anak didiagnosa sebagai penderita karies rampan berdasarkan riwayat kariesnya, dimana anak tersebut mempunyai banyak karies yang relatif baru, rata-rata 10 gigi per tahun (McDonald, Levine dan Hill, 1978).
Karakteristik karies rampan adalah adanya karies pada permukaan proksimal gigi insisivus bawah yang berkembang hingga mengenai servikal gigi (Davies : 1954). Karies rampan didefinisikan sebagai karies akut yang menyebar secara cepat dan menyeluruh, termasuk gigi bawah yang biasanya tahan terhadap karies. Anak didiagnosa sebagai penderita karies rampan berdasarkan riwayat kariesnya, dimana anak tersebut mempunyai banyak karies yang relatif baru, rata-rata 10 gigi per tahun (McDonald, Levine dan Hill, 1978).
Proses karies rampan sama dengan proses
karies biasa namun terjadinya lebih cepat. Banyak ahli yang meghubungkan
karies rampan dengan kondisi anak itu sendiri, dimana email gigi sulung
lebih tipis strukturnya kurang solid, morfologi gigi lebih tidak
beraturan, dan kontak antar gigi merupakan kontak bidang yang lebih
luas. Keadaan saliva juga dihubungkan dengan karies rampan. Selain itu
anak lebih sering memakan makanan atau minuman yang kariogenik yang
mempermudah timbulnya karies rampan. Bila karies rampan berlangsung
lebih awal, terutama pada anak yang minum susu botol dalam waktu lama
akan timbul corak karies (Ismu Sowelo, 1981).
C. Tinjauan Umum tentang Karakteristik Pasien
1. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kuranf kuat pengaruhnya. (Finn,1997)
1. Usia
Sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kuranf kuat pengaruhnya. (Finn,1997)
2. Jenis Kelamin
Volker dan Russel (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak, prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi disbanding anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat disbanding anak laki-laki.
Volker dan Russel (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak, prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi disbanding anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat disbanding anak laki-laki.
3. Keturunan
Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat bawwa anak-anak dari 11 orang tua memilki keadaan gigi yang cukup baik. Disamping itu dari 46 pasang orang tua Dengan prosentase karies yang tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 (lima) pasang dengan prosentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi dengan prosentase karies yang tinggi. Tapi dengan tehknik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini, sebetulnya faktor keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut telah dapat dikurangi. (Tarigan,1990)
Dari suatu penelitian terhadap 12 pasang orang tua dengan keadaan gigi yang baik, terlihat bawwa anak-anak dari 11 orang tua memilki keadaan gigi yang cukup baik. Disamping itu dari 46 pasang orang tua Dengan prosentase karies yang tinggi, hanya 1 (satu) pasang yang memiliki anak dengan gigi yang baik, 5 (lima) pasang dengan prosentase karies sedang, selebihnya 40 pasang lagi dengan prosentase karies yang tinggi. Tapi dengan tehknik pencegahan karies yang demikian maju pada akhir-akhir ini, sebetulnya faktor keturunan dalam proses terjadinya karies tersebut telah dapat dikurangi. (Tarigan,1990)
4. Ras
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan, tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang semakin meningkat atau menurun, misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi dan ini akan mempertinggi persentase karies pada ras tersebut.
Pengaruh ras terhadap terjadinya karies gigi amat sulit ditentukan, tetapi keadaan tulang rahang sesuatu ras bangsa mungkin berhubungan dengan persentase karies yang semakin meningkat atau menurun, misalnya pada ras tertentu dengan rahang yang sempit sehingga gigi-gigi pada rahang sering tumbuh tidak teratur, tentu dengan keadaan gigi yang tidak teratur ini akan mempersukar pembersihan gigi dan ini akan mempertinggi persentase karies pada ras tersebut.
5. Makanan
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
Makanan sangat berpengaruh terhadap gigi dan mulut, pengaruh ini dapat dibagi menjadi 2, yaitu :
- Isi dari makanan yang menghasilkan energi.
Misalnya : Karbohidrat, protein, lemak, vitamin serta mineral-mineral. - Fungsi mekanis dari makanan yang dimakan.
Makanan-makanan yang bersifat membersihkan gigi, jadi merupakan gosok gigi yang alami, tentu saja akan mengurangi kerusakan gigi. Makanan-makanan yang bersifat membersihkan ini adalah apel, jambu air, bengkuang dan lain sebagainya.
Sebaliknya makanan-makanan yang lunak dan melekat pada gigi amat merusak gigi seperti: bonbon, coklat,biskut dan lain sebagainya. - Unsur Kimia
Unsur-unsur kimia yang mempunyai pengaruh terhadap terjadinya karies gigi masih dalam penelitian.
Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentase karies gigi ialah flour. Dibawah ini dicantumkan beberapa unsur kimia yang mempengaruhi atau memperlambat terjadinya karies gigi.
6. Plak
Akhir-akhir ini Penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan, untuk mencegah karies gigi.
Akhir-akhir ini Penelitian terhadap plak lebih intensif dilakukan, untuk mencegah karies gigi.
Plak ini terbentuk dari campuran antara
bahan-bahan air ludah seperti mucin, sisa-sisa sel jaringan mulut,
leukosit, limposet dengan sisa-sisa makanan serta bakteri. Plak ini
mula-mula berbentuk agar cair yang lama kelamaan menjadi kelat, tempat
bertumbuhnya dimana bakteri tidak dapat disangkal bahwa setelah makan
kita harus menidiakan plak sebanyak mungkin, karena plak merupakan awal
terjadinya kerusakan gigi. (Taringan 1990)
D. Kerangka konsep
Umur
|
Jenis Kelamin
|
Pendidikan
|
Suku
|
Ras
|
Makanan
|
Unsur Kimia
|
Prevalensi Karies
|
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah observasional
dengan pendekatan deskriptif, dengan maksud untuk melihat gambaran
karakteristik pasien dengan prevalensi karies gigi di Puskesmas
Bara-Baraya tahun 2011.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
- Waktu penelitian
Penelitian dilaksanakan pada 11 s/d 13 Juli 2011 - Tempat penelitian
Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar.
- Populasi
Populasi yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah pengunjung/ pasien yang datang di Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar. - Sampel
Adapun tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan sensus dimana keseluruhan populasi akan dicatat dan dilakukan pendataan dan pemeriksaan mengenai prevalensi karies gigi.
- Data Primer
Data yang diperoleh dengan cara pencatatan dan pemeriksaan dengan melihat langsung keberadaan karies - Data Sekunder
Data yang diperoleh dari buku register dan Famili Folder pasien.
1. Alat yang digunakan :
a. Sonde
b. Excavator
c. Kaca mulut
d. Pinset
e. Gelas kumur
f. Neir beken untuk tempat alat
g. Blangko pendapatan dan alat tulis
2 . Bahan yang digunakan
a. Alkohol untuk desinfeksi alat
b. Kapas, betadine
c. Air dan sabun mandi untuk cuci tangan
d. Handuk kecil
F. Defenisi Operasional
- Karies adalah kerusakan yang terjadi akibat bakteri pada permukaan gigi
- Karakteristik adalah ciri khas yang dimiliki oleh individu
- Prevalensi adalah angka yang memperlihatkan jumlah penderita atau penyakit karies gigi
Kriteria untuk karies gigi permanent (DMT-T)
D = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
M = Missing; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
F = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal
D = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
M = Missing; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
F = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal
Kriteria untuk karies gigi Sulung (dmf-t)
d = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
e = extrakted; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
f = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal
d = Decay ; Jumlah gigi karies yang masih dapat ditambal
e = extrakted; Jumlah gigi tetap yang telah/harus dicabut karena karies
f = Filling ; Jumlah gigi yang telah ditambal
Kriteria penilaian DMF-T (WHO) tersebut adalah
0.0 - 2.6 ————–à Rendah
2.7 - 4.4 ————–à Sedang
4.6 - 6.6 ————–à Tinggi
0.0 - 2.6 ————–à Rendah
2.7 - 4.4 ————–à Sedang
4.6 - 6.6 ————–à Tinggi
H. Metode Pengolahan Data
1. Editing
Data yang telah diperoleh atau dikumpulkan akan diperiksa kembali kebenarannya.
Data yang telah diperoleh atau dikumpulkan akan diperiksa kembali kebenarannya.
2. Coding
Data yang sudah diedit kemudian dilakukan pengkodean untuk memudahkan pengisian atau entri data di komputer.
Data yang sudah diedit kemudian dilakukan pengkodean untuk memudahkan pengisian atau entri data di komputer.
3. Tabulasi
Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan ke dalam tabel untuk memudahkan penganalisaan data (Sugiyono, 2005).
Setelah dilakukan pengkodean kemudian data dimasukkan ke dalam tabel untuk memudahkan penganalisaan data (Sugiyono, 2005).
I. Penyajian Data
Data yang telah diolah selanjutnya
dianalisis secara deskriptif dengan melihat gambaran hubungan frekuensi
menyikat gigi dengan terjadi karies antara varibel independent dengan
dependent. Data tersebut dibuat dalam bentuk tabel dan grafik distribusi
dari kedua variable tersebut disertai penjelasan dari pembahasan
penelitian ini.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 11 s/d 13 Juli 2011 di di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar dengan Tehnik Accidental Sampling dan diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel. 4.1
Distribusi Frekuensi Prevalensi karies gigi
di Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Distribusi Frekuensi Prevalensi karies gigi
di Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Prevalensi
|
Frekuensi
|
%
|
1 gigi karies
|
16
|
37.2
|
2 gigi karies
|
8
|
18.6
|
3 gigi karies
|
5
|
11.6
|
4 gigi karies
|
6
|
14.0
|
5 gigi karies
|
2
|
4.7
|
7 gigi karies
|
4
|
9.3
|
8 gigi karies
|
2
|
4.7
|
JUMLAH
|
43
|
100
|
Sumber data : Data Primer Juli 2011
Berdasarkan tabel 1 di atas menunjukkan
bahwa dari 43 pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
diperoleh gambaran prevalensi karies gigi yang terbanyak pada 1 gigi
karies yaitu 16 (37.2 %) orang dan terendah pada prevalensi 5 dan 8 gigi
karies 2 (4,7 % ) orang
Tabel. 4.2
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Umur
|
Frekuensi
|
%
|
|
6 – 12 Tahun |
9
|
21.1
|
|
13 – 21 Tahun |
8
|
18.6
|
|
22 – 49 Tahun |
23
|
53.4
|
|
>50 Tahun |
3
|
6.9
|
|
Total
|
43
|
100.0
|
Sumber data : Data Primer Juli 2011
Berdasarkan tabel 2. menunjukkan bahwa
dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik
umur 22 – 49 tahun sebanyak 23 (53.4%) dan terendah pada umur > 50
Tahun yaitu 3 ( 6,9 %) pasien.
Tabel. 4.3
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Jenis Kelamin
|
Frekuensi
|
%
|
|
Laki – Laki |
11
|
25.6
|
|
Perempuan |
32
|
74.4
|
|
Total
|
43
|
100.0
|
Sumber data : Data Primer Juli 2011
Berdasarkan tabel 3. menunjukkan bahwa
dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik
Jenis Kelamin Wanita sebanyak 32 (74.4%) dan terendah pada karakteristik
Jenis Kelamin laki-laki yaitu 11 (25,6%) pasien.
Tabel. 4.4
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Distribusi Prevalensi karies gigi berdasarkan Tingkat Pendidikan pasien
di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya tahun 2011
Tingkat Pendidikan
|
Frekuensi
|
%
|
|
SD |
10
|
23.3
|
|
SMP |
8
|
18.6
|
|
SMA |
9
|
20.9
|
|
Diploma |
7
|
16.3
|
|
Sarjana (S1) |
9
|
20.9
|
|
Total
|
43
|
100.0
|
Sumber data : Data Primer Juli 2011
Berdasarkan tabel 4. menunjukkan bahwa
dari 43 Pasien yang berkunjung di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
diperoleh gambaran prevalensi karies gigi terbanyak pada Tingkat
Pendidikan SD sebanyak 10 (23.3%) dan terendah pada Diploma yaitu 7
(16,3 %) pasien.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran Karakteristik Pasien dengan prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar, maka uraian pembahasan sebagai berikut :
Berdasarkan hasil penelitian tentang gambaran Karakteristik Pasien dengan prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya Kota Makassar, maka uraian pembahasan sebagai berikut :
1. Gambaran Prevalensi Karies Gigi
Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak antara 1 elemen gigi/karies di poli gigi Puskesmas Bara-Baraya. Karies gigi merupakan proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Hal tersebut biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk hal tersebut langkah-langkah yang diperlukan untuk menurunkan prevalensi karies yaitu secara promotif, preventif maupun secara kuratif dan rehabilitative.
Setelah dilakukan pemeriksaan diperoleh gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak antara 1 elemen gigi/karies di poli gigi Puskesmas Bara-Baraya. Karies gigi merupakan proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi, faktor-faktor dalam mulut yang berhubungan langsung dengan proses terjadinya karies. Hal tersebut biasanya terjadi karena kurangnya kesadaran dan motivasi untuk memelihara kebersihan dan kesehatan gigi dan mulutnya. Untuk hal tersebut langkah-langkah yang diperlukan untuk menurunkan prevalensi karies yaitu secara promotif, preventif maupun secara kuratif dan rehabilitative.
2. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik umur pasien
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik umur 22 – 49 tahun di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hal ini sesuai dengan menurut Finn,1997, yaitu sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang kuat pengaruhnya.
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik umur 22 – 49 tahun di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hal ini sesuai dengan menurut Finn,1997, yaitu sejalan dengan pertambahan usia seseorang, sejumlah kariespun akan bertambah. Hal ini jelas karena faktor resiko terjadinya karies akan lebih lama berpengaruh terhadap gigi. Anak yang pengaruh faktor resiko terjadinya karies kuat akan menunjukkan jumlah karies lebih besar dibanding yang kurang kuat pengaruhnya.
3. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Jenis Kelamin pasien
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik jenis kelamin perempuan di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hasil penelitian sependapat menurut Volker Russel, (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak, prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki. Demikian pula wanita dewasa karena pada umunya wanita lebih banyak makanan sampingan (camilan) selain dari factor-faktor lainnya (missal. Emesis, Hiper Emesis)
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada karakteristik jenis kelamin perempuan di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Hasil penelitian sependapat menurut Volker Russel, (1973) mengatakan bahwa prevelensi karies gigi tetap wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria. Demikian juga hanya anak-anak, prevelensi karies gigi sulung anak perempuan sedikit lebih tinggi dibanding anak laki-laki. Hal ini disebabkan antara lain erupsi gigi anak perempuan lebih cepat dibanding anak laki-laki. Demikian pula wanita dewasa karena pada umunya wanita lebih banyak makanan sampingan (camilan) selain dari factor-faktor lainnya (missal. Emesis, Hiper Emesis)
4. Gambaran Prevalensi karies gigi berdasarkan karakteristik Tingkat Pendidikan pasien
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Menurut kami bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pengetahuan. Demikian pula pada pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi.
Setelah dilakukan pemeriksaan serta analisa data dari tabel distribusi pengolahan data memberikan gambaran bahwa prevalensi karies gigi terbanyak pada tingkat pendidikan Sekolah Dasar di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya. Menurut kami bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan semakin tinggi tingkat pengetahuan. Demikian pula pada pengetahuan mengenai kesehatan gigi dan mulut khususnya karies gigi.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
- Prevalensi karies gigi yang terbanyak di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya adalah rata-rata 1 gigi yang mengalami karies
- Karakteristik umur 22 – 49 tahun merupakan terbanyak prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
- Karakteristik jenis kelamin wanita merupakan terbanyak prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
- Tingkat pendidikan Sekolah Dasar merupakan terbanyak prevalensi karies gigi di Poli Gigi Puskesmas Bara-Baraya
- Perlunya peningkatan pengetahuan kepada masyarakat tentang pencegahan karies gigi pada usia dini dan control secara periodik
- Perlunya Promotif dan preventif pada wanita yang berpotensi tinggi karies
- Perlu ditingkatkan peran serta guru sekolah dengan pelaksanaan UKGS (Usaha Kesehatan Gigi Sekolah) di wilayah Puskesmas Bara-Baraya
DAFTAR PUSTAKA
Adenan, Aprillia. (1990). Studi
Karies Masing-masing Permukaan Gigi Pada Murid Taman Kanak-kanak Yang
Berusia 4-5 Tahun di p.t.p. Xii Pengalengan Kabupaten Bandung. Jurnal kedokteran gigi PDGI p.37(2):19
Andlaw RJ. (1992). Perawatan Gigi Anak. Jakarta : Widya Medika P.35.
Anitasari S, Liliwati. (2005). Pengaruh
Frekuensi Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi dan Mulut
Siswa Siswi Sekolah Dasar Negeri di Kecamatan Palaran Kotamadya
Samarinda Propinsi Kalimantan Timur. Medan : Dentika Dental Jurnal. 10. 1:22
Aryani S, Agustina. (1999). Sikap Siswa Terhadap Kesehatan Gigi. Surabaya : SLTP Ciputri. P. 6
Asmawati, Fransario AP. (2007). Analisis Hubungan Karies Gigi dan Starus Gizi Anak Usia 10-11 Tahun di SDN I Bawakaraeng dan SDN 3 Bangkala. Jurnal Dentifasial. 6.2:80
Astuti S, Eko. (2007). Peran Siga Pada Karies Gigi Anak. Denpasar : Jurnal Kedokteran Gigi. P5 (1):18
Budipramana Els S. (1999). Distribusi
dan Keparahan Karies pada Penderita di Klinik Kedokteran Gigi Anak
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Airlangga pada tahun 1990, 1994 dan
1998. Majalah Kedokteran Gigi. 32. (4):165
Chemiawan E, dkk. Prevelensi Nursing
Mouth Caries pada Anak Usia 15-60 bulan Berdasarkan Frekuensi Penyikatan
Gigi di Posyandu Desa Cileunyi Wetan Kecamatan Cileunyi Kabupaten
Bandung
Forest. (1995). Pencegahan Penyakit Mulut. Jakarta: Hipokrates. P:27
Green Rm, Eccles JD. (1994). Konservasi Gigi. Jakarta: Widya Medika;1994,p.20
Kidd EAM. (1992). Dasar-dasar Karies , Penyakit dan Penanggulangannya. Jakarta: EGC.P.8,16-17
Natamiharja L. (1999). Pemilikan dan Pemakaian Sikat Gigi Masyarakat Kelurahan Beringin Kecamatan Medan Baru. Majalah Kedokteran Gigi Universitas Sumatra Utara P.4(2):1-2
Nurlaila AM, Djohammas H, Darwita R. (2005). Hubungan Antara Status Gizi dengan Karies Gigi pada Murid-Murid di Sekolah Dasar Kecamatan Karangantu. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. P12(1):1
Rahina Y. (2003). Prevelensi Karies Anak-Anak Pra Sekolah di TK Saraswati Denpasar, 2002. Jurnal Kedokteran Gigi Mahasiswa. P 1(1):6
Sundoro E.H. (1998). Praktek Preventive Untuk Menanggulangi Karies. Jurnal Kedokteran Gigi Univesitas Indonesia. P5(1):47
Soebroto, 1. (2009). Apa Yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi Anda. Yogyakarta; Book Marks. P 22. 104-6
Suwelo Is. (1992). Karies Gigi pada Anak dengan Pelbagi Faktor Etiologi. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.P.6-9, 14-23, 27-28
Taringan, R. (1990). Karies Gigi. Jakarta; Hipokrates.p.17, 41-46
Yani E.W.R. (2005). Hubungan Pola Menyikat Gigi dengan Karies Gigi. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas. P 12(1):16
Yuyus R, Magdarina DA, Sintiawati F, Tonny M. (2001). Derajat Kesehatan Gigi dan Mulut Murid Sekolah Dasar di Kabupaten Bekasi, 1997/1998. Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Indonesia. P8(3):1-5
Yohana, L (2003). Kerusakan Gigi Anak-Anak SLUB Saraswati Denpasar 2003. Jurnal Kedokteran Gigi. P 15(4):266
http://andienyem.wordpress.com/2009/07/14/teknik-menyikat-gigi-yang-benar/