PENDAHULUAN
Menurut WHO tiap tahunnya diperkirakan 500.000 ibu meninggal akibat kehamilan dan persalinan, dimana 90% dari jumlah kematian tersebut terjadi di negara-negara berkembang. 1
Preeklampsia merupakan masalah utama kesehatan ibu di seluruh dunia, khususnya di negara berkembang termasuk Indonesia, tingginya angka kematian yang disebabkan hipertensi dalam kehamilan atau preeklampsia dan eklampsia merupakan masalah di bidang obstetri, dan sampai saat ini yang menjadi penyebab dari kelainan ini juga belum diketahui secara pasti, oleh karena itu penanganannyapun belum definitif dan masih bersifat simptomatis. 1,2
Teori-teori sulit untuk menentukan mana yang merupakan sebab, dan mana yang merupakan akibat, sehingga sampai saat ini pengelolaan hipertensi dalam kehamilan barulah secara epirik dan simptomatik. 3
Sistem pola rujukan yang belum memadai (kasus terlantar dan lain-lain) menyebabkan pula tingginya morbiditas dan mortalitas yang disebabkan oleh komplikasi penyakit. Page menyebutkan pada Preeklampsia dan eklampsia ditemukan adanya lingkaran setan (Inner Vicious Circle) yang akan menghilang setelah dilakukan terminasi kehamilan. 2
Preeklampsia dan eklampsia merupakan satu kesatuan penyakit, yang langsung disebabkan oleh kehamilan, walaupun belum jelas bagaimana hal itu dapat terjadi. Sindrome preeklamsia (ringan) dengan hipertensi, edema dan proteinuria sering tidak diketahui atau tidak diperhatikan oleh wanita hamil, sehingga tanpa disadari dalam waktu singkat dapat terjadi preeklampsia berat bahkan eklampsia. Oleh karena itu sangat penting pemeriksaan antenatal yang teratur, dan yang secara rutin mencari tanda-tanda preeklampsia dalam usaha pencegahan preeklampsia berat dan eklampsia. 3,4,5
DEFINISI
Preeklampsia adalah komplikasi setelah kehamilan 20 minggu yang ditandai timbulnya hipertensi (> 140/90 mmHg) yang disertai salah satu dari edema, proteinuria atau kedua-duanya dan jika disertai dengan kejang disebut eklampsia. 2,3
ETIOLOGI
Apa yang menjadi penyebab preeklampsia sampai saat ini belum diketahui dengan pasti. Telah banyak teori yang mencoba menerangkan sebab-musabab penyakit ini, akan tetapi tidak ada yang dapat memberikan jawaban yang memuaskan. Teori yang dapat diterima harus dapat menerangkan hal-hal berikut: 2,4,6
1. Sebab bertambahnya frekuensi pada primigravitas, kehamilan ganda, hidramnion dan mola hidatidosa.
2. Sebab bertambahnya frekuensi dengan makin tuanya kehamilan.
3. Sebab dapat terjadinya perbaikan keadaan penderita dengan kematian janin dalam uterus.
4. Sebab jarangnya terjadi eklampsia pada kehamilan-kehamilan berikutnya.
5. Sebab timbulnya hipertensi, edema, proteinuria, kejang dan koma.
Teori yang dewasa ini banyak diterima sebagai penyebab preeklampsia adalah iskemia plasenta. 2,3,4
FAKTOR PREDISPOSISI
1. Diabetes melitus
2. Mola hidatidosa
3. Kehamilan ganda
4. Hidrops fetalis
5. Umur di atas 35 tahun
6. Obesitas. 1,2,3,4,5
GEJALA KLINIS
Gejala Preeklampsia adalah:
1. Hipertensi
2. Edema
3. Proteinuria
4. Gejala subjektif berupa sakit kepala, nyeri ulu hati dan gangguan penglihatan. 2,3,4,5
Dikatakan preeklampsia berat apabila dijumpai satu atau lebih tanda/gejala berikut: 2,3,4
1. Tekanan darah ≥ 160/110 mmHg
2. Proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif +3 atau +4.
3. Oliguria ≤ 500 ml/24 jam
4. Nyeri kepala prontal atau gangguan penglihatan
5. Nyeri epigastrium
6. Edema paru atau sianosis
7. Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat (IUFGR)
8. HELLP Syndrome (H = Hemolysis, EL = Elevated Liver Enzyme, LP = Low Platelet Counts).
DIAGNOSIS
1. Preeklampsia Ringan: 1,2,3,4,5
Hipertensi, dimana TD > 15 mmHg tetapi <> 0,3 gr/L dalam 24 jam, atau
2. > 1 gr/L dalam 2 kali pengambilan urine selama 6 jam secara sembarangan,
3. Pemeriksaan kualitatif + 2 pada pengambilan urine sembarang (kateter atau mid-stream).
2. Bila didapatkan satu atau lebih gejala di bawah ini akan digolongkan sebagai Preeklampsia berat: 1,2,3,4,5
TD ≥ 160/110 mmHg
Proteinuria > 5 gr/24 jam atau kualitatif + 3 atau + 4
Oligouria ≤ 500 ml/24 jam
Nyeri kepala frontal atau gangguan penglihatan
Nyeri epigastrium
Edema paru atau sianosis
Pertumbuhan janin intra uterine yang terhambat (IUFGR)
Adanya HELLP Syndrome.
Diagnosis dini harus diutamakan bila diinginkan angka morbiditas dan mortalitas yang seminimal mungkin bagi ibu dan anaknya. Walaupun terjadi preeklampsia sukar dicegah, namun preeklampsia berat dan eklampsia dapat dihindarkan dengan mengenal secara dini penyakit ini supaya dapat ditangani secara sempurna. 4
DIAGNOSIS BANDING
1. Glomerulonefritis akut
2. Hipertensi esensial. 2,4
PENCEGAHAN PREEKLAMPSIA
Belum ada kesepakatan dalam pencegahan preeklampsia. Beberapa penelitian menunjukan pendekatan nutris (diet rendah garam, diet tinggi protein, suplemen kalsium, magnesium, dll), atau medikamentosa (teofillin, anti-hipertensi, diuretik, aspirin, dll) dapat mengurangi kemungkinan timbulnya preeklampsia. 2,4,6
PENATALAKSANAAN
Ditinjau dari umur kehamilan dan perkembangan gejala-gejala preeklampsia berat selama perawatan, maka penatalaksanaan dibagi dua, yaitu aktif dan konservatif. Penatalaksanaan aktif berarti kehamilan harus segera diakhiri/diterminasi bersamaan dengan pemberian medikamentosa. Penatalaksanaan konservatif berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian medikamentosa. 2,3,4,5,6
Penatalaksanaan secara aktif dilakukan dengan indikasi:
1. Kehamilan > 37 minggu
2. Impending ecclampsia
3. Adanya HELLP syndrome
4. Adanya tanda-tanda fetal distress atau IUFGR
5. Kegagalan penatalaksanaan secara konservatif.
Penatalaksanaan secara konservatif dilakukan dengan indikasi kehamilan <> 110 mmHg.
2. TD sistolik > 180 mmHg.
3. TD tetap > 160/110 mmHg setelah tirah baring (bed rest) dan diberi sedatif selama 12 – 48 jam.
4. TD diastolik 90 – 100 mmHg pada trimester kedua.
Namun tekanan darah tidak boleh diturunkan terlalu cepat karena dapat menyebabkan penurunan aliran darah uteroplasenta dan gawat janin. Obat-obat anti-hipertensi yang biasa diberikan adalah hidralazine, labelatol, metildopa, kolinidin dan kalsium antagonis. 2,3
KOMPLIKASI
1. Solusio plasenta
2. Hipofibrinogenemia
3. Gagal ginjal akut
4. Hemolisis
5. Edema pulmonum
6. Perdarahan otak
7. Gangguan penglihatan
8. Nekrosis hati
9. HELLP syndrome
10. Prematuritas, dismaturitas dan KJDK. 2,4,6
DAFTAR PUSTAKA
1. Masnjoer A, dkk. Kapita Selekta Kedokteran. Fakultas Kedokteran UI. Edisi Ketiga. Jilid I. Media Aesculapius. Jakarta. 2001; 270-73.
2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Edisi Kedua. Yayasan Bina Pustaka-SP. Jakarta. 1999; 281-30.
3. Pedoman Diagnosis dan Terapi. Bagian Obstetri dan Ginekologi RS Dr. Pirngadi Medan, Bagian Ilmu Kebidanan dan Kandungan FK-USU RSPM. 1991; 11-14.
4. Muchtar R. Sinopsis Obstetri. Jilid II. EGC. Jakarta. 1998; 279-87.
5. Saifuddin AB, dkk. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Edisi I. Yayasan Bina Pustaka-SP. Jakarta. 2001; 206-14.
6. Cunningham FG, MacDonald PC, Gant NF. Obstetri Williams (Williams Obstetrics). Edisi ke-18. Alih Bahasa: Suyono J, Hartono A. EGC. Jakarta. 1995; 773-814..