Tuesday, September 2, 2014

Makalah Sistem Sensorik Lengkap Analis Kesehatan

Makalah Sistem Sensorik Lengkap Analis Kesehatan Manusia tidak dapat mempertahankan hidupnya jika ia tidak tahu adanya bahaya yang mengancam atau menimpa dirinya. Adanya bahaya dapat diketahui dengan jalan melihat, mendengar, mencium, dan merasakan rasa-nyeri, rasa-raba, rasa-panas, rasa-dingin, dan sebagainya. Inilah yang disebut sebagai sistem sensorik. Sistem ini menerima ribuan informasi kecil dari berbagai organ sensoris dan kemudian mengintegrasikan untuk menentukan reaksi yang harus dilakukan tubuh. Sebagian terbesar kegiatan sistem saraf berasal dari pengalaman sensoris dari reseptor sensoris, baik berupa reseptor visual, reseptor auditorius, reseptor raba di permukaan tubuh, atau jenis reseptor lain. Pengalaman sensoris ini dapat menyebabkan suatu reaksi segera, atau kenangannya dapat disimpan di dalam otak selama bermenit-menit, berminggu-minggu, atau bertahun-tahun dan kemudian dapat membantu menentukan reaksi tubuh di masa yang akan datang.

Analis Kesehatan Sistem sensorik menempatkan manusia berhubungan dengan sekitarnya. Sensasi dapat dibagi menjadi 4 jenis, yaitu superfisial, dalam, viseral, dan khusus. Sensasi superfisial, disebut juga perasaan ekteroseptif atau protektif, yang mengurus rasa-raba, rasa-nyeri, rasa-suhu. Sensasi dalam, yang disebut juga sebagai sensasi proprioseptif mencakup rasa gerak (kinetik), rasa sikap (statognesis) dari otot dan persendian, rasa getar (pallesthesia), rasa tekan-dalam, rasa nyeri dalam otot. Sensasi viseral (interoseptif) dihantar melalui serabut otonom aferen dan mencakup rasa lapar dan rasa nyeri pada visera.

II. Anatomi dan Fisiologi

Mulai dari reseptor di perifer sampai ke korteks sensorik di otak jalur sensorik sekurang-kurangnya terdiri dari 3 tingkatan neuron. Impuls (rangsang) berjalan secara sentripetal dari reseptor di perifer ke badan sel neuron tingkat pertama (primer) di ganglion akar dorsal dari saraf spinal. Aksonnya menuju ke sentral, bersinaps degnan neuron tingkat dua (sekunder) di kornu posterior medulla spinalis atau inti homolog di batang otak. Akson neuron sekunder melintas garis tengah dan menuju pada sisi sebelahnya (kontralateral), kemudian naik sebagai jaras spinotalamik atau lemniskus medialis menuju ke sinaps berikutnya di thalamus. Neuron di thalamus, biasanya berupa neuron tingkat tiga (tersier) terletak di kompleks ventrobasal thalamus dan berproyeksi melalui kaki posterior kapsula interna ke korteks sensorik di girus postsentral (area brodmann 3-1-2). Pola dasar ini mengemukakan beberapa hal:1

  • Sistem sensorik menyilang. Informasi sensorik dari separuh badan berproyeksi ke thalamus dan korteks kontralateral.
  • Neuron tingkat pertama berada di ganglion akar dorsal
  • Badan sel neuron tingkat dua berada di kornu posterior medulla spinalis atau di inti homolog di medulla oblongata seperti nucleus grasilis (yang menerima impuls dari tungkai) dan kuneatus (yang menerima impuls dari lengan).Neuron tingkat tiga di thalamus me-relay impuls ke korteks.

III. Reseptor Pada Sistem Sensorik

Reseptor merupakan organ sensorik khusus yang mampu mencatat perubahan tertentu di dalam organism dan sekitarnya, serta menghantarkan rangsangan ini sebagai impuls.4

Pada dasarnya terdapat lima macam reseptor sensoris, antara lain:
a. Mekanoreseptor, yang mendeteksi perubahan bentuk reseptor atau sel-sel di dekat reseptor tersebut
b. Termoreseptor, yang mendeteksi perubahan suhu, beberapa reseptor mendeteksi dingin dan lainnya mendeteksi hangat
c. Nosiseptor, yang mendeteksi nyeri, biasanya yang disebabkan oleh kerusakan fisik maupun kerusakan kimia
d. Reseptor elektromagnetik, yang mendeteksi cahaya pada retina mata
e. Kemoreseptor, yang mendeteksi pengecapan di dalam mulut, bau di dalam hidung, kadar oksigen di dalam darah arteria, osmolalitas cairan tubuh, konsentrasi karbondioksida.1, 2

Eksteroseptor mencakup reseptor yang terlibat terutama pada lingkungan eksternal yaitu: korpuskel (badan) meissner, korpuskel merkel, sel rambut untuk rasa raba; bulbus krauss untuk rasa dingin; korpuskel ruffini untuk rasa panas; dan ujung-ujung saraf bebas untuk rasa nyeri. Banyak hasil penelitian yang mengimplikasikan bahwa sensasi tertentu dihantar oleh ujung tertentu, namun dengan banyak perkecualian. Misalnya, kornea mata di mana hanya ditemukan ujung saraf bebas, namun rasa raba, nyeri, panas dan dingin dapat diapresiasi. Stimulasi yang berlebihan pada tiap ujung sensorik, terlebih bila bersifat melukai akan menginduksi rasa nyeri. Hubungan manusia dengan dunia luar terjadi melalui reseptor sensorik yang dapat berupa:1

· Reseptor eksteroseptif, yang berespon terhadap stimulus dari lingkungan eksternal, termasuk visual, auditoar, dan taktil.
· Reseptor propioseptif, misalnya yang menerima informasi mengenai posisi bagian tubuh atau tubuh di ruangan.
· Reseptor interoseptif, mendeteksi kejadian internal seperti perubahan tekanan darah.

IV. Pemeriksaan Fisik Sistem Sensorik

Pemeriksaan sistem sensori sangat bergantung pada kemampuan dan keinginan pasien untuk bekerja sama. Sensasi dirasakan oleh pasien (sifat subjektif) dan oleh karena itu pemeriksa sangat bergantung pada tingkat kepercayaan kita terhadap pasien. Pemeriksaan ini tidak perlu untuk memeriksa semua wilayah di permukaan kulit. Sebuah pemeriksaan cepat pada wajah, leher, lengan, badan, dan kaki dengan jarum hanya membutuhkan beberapa detik. Biasanya salah satu tujuannya adalah mencari perbedaan antara kedua sisi tubuh. Lebih baik untuk bertanya apakah rangsangan pada sisi berlawanan dari tubuh terasa sama daripada menanyakan apakah terasa berbeda. Pemeriksaan sensorik terdiri dari:

· Sentuhan ringan
· Sensasi nyeri
· Sensasi getaran
· Propriosepsi
· Lokalisasi taktil

Pada pasien tanpa tanda atau gejala penyakit neurologis, pemeriksaan fungsi sensorik dapat dilakukan dengan cepat, dengan memeriksa adanya sensasi normal pada ujung jari tangan dan kaki. Pemeriksa dapat memilih apakah ia mau memeriksa sentuhan ringan, nyeri dan sensasi getaran. Jika semuanya normal, pemeriksaan sensorik lainnya tidak diperlukan. Jika ada gejala atau tanda yang menunjukkan gangguan neurologi, harus dilakuka pemeriksaan lengkap.5,6,7

a. Pemeriksaan Sentuhan Ringan
Sentuhan ringan diperiksa dengan menyentuh pasien secara ringan dengan sepotong kecil kain kasa. Mintalah pasien untuk menutup mata dan memberitahu anda jika anda sedang menyentuhnya. Diusahakan menyentuh jari kaki dan tangan pasien. Jika sensasinya normal, lanjutkan dengna pemeriksaan yang lain. Jika sensasinya abnormal, lakukanlah pemeriksaan di bagian proksimal sampai batas ketinggian gangguan sensorik dapat ditentukan.6

b. Pemeriksaan Sensasi Nyeri
Rasa nyeri dapat dibangkitkan dengan berbagai cara, misalnya dengan menusuk, memukul, merangsang dengan api atau sesuatu yang sangat dingin dan juga dengan berbagai larutan kimia. Sensasi nyeri diperiksa dengan menggunakan peniti dan menanyakan kepada pasien apakah ia merasakannya. Mintalah kepada pasien untuk menutup matanya. Bukalah peniti dan sentuhlah pasien dengan ujungnya. Sebelumnya perlu diberitahukan kepaa pasien bahwa yang diperiksa ialah rasa nyeri dan bukan rasa raba. Kita periksa seluruh tubuh, dan bagian-bagian yang simetris dibandingkan. Bila bagian yang simetris dibandingkan, tusukan harus sama kuat. Bila kita memeriksa sensibilitas pada pasien yang gelisah atau yang agak menurun kesadarannya, maka pemeriksaan rasa tusuk masih dapat dilakukan, sedang yang lainnya perlu ditangguhkan.1,6

c. Pemeriksaan Sensasi Getar
Sensasi getaran diperiksa dengan menggunakan garpu tala 128 hz. Ketuklah garpu tala dengan tumit tangan anda dan letakkanlah di suatu tonjolan tulang di bagian distal tubuh pasien. Minta pasien untuk memberitahukan anda kalau ia sudah tidak dapat merasakan getaran itu lagi. Minta kepada pasien untuk menutup matanya. Letakkan garpu tala yang sedang bergetar pada falangs distal jari tangan pasien dan jari tangan anda sendiri. Dengan cara ini anda akan dapat mersakan getaran melalui jari pasien untuk menentukan ketepatan respon pasien. Setelah jari tangan periksa juga jari kaki. Jika tidak ada gangguan lakukan pemeriksaan berikutnya. Jika ada gangguan, tentukanlah batas gangguannya.6

d. Pemeriksaan Propiosepsi
Sensasi posisi, atau propriosepsi, diperiksa dengan menggerakkan falangs distal. Pemeriksa memegang falangs distal pada sisi lateralnya dan menggerakkan ke atas sambil memberitahukan pasien. Pemeriksa kemudian menggerakkan falangs distal pasien ke bawah dan memberitahukannya. Dengan mata pasien tertutup, pemeriksa menggerakkan falangs distal naik turun dan akhirnya berhenti, setelah itu tanyakan pada pasien apakah falangs distal terletak di atas atau di bawah. Secara rutin lakukanlah pemeriksaan pada falang terminal sebuah jari pada tiap tangan dan falang terminal jari kaki. Jika tidak ada gangguan sensasi posisi, pemeriksa harus melanjutkan sisa pemeriksaan berikutnya.6

e. Pemeriksaan Lokalisasi Taktil
Lokalisasi taktil, yang dikenal pula sebagai perangsangan simultan ganda, diperiksa dengan meminta pasien menutup matanya sambil menanyakan kepadanya bagian tubuh mana yang disentuh. Pemeriksa dapat menyentuh pasien pada pipi kanannya dan lengan kiri. Pasien kemudian ditanyakan dimana jari pemeriksa berada. Biasanya pasien tidak menemukan kesulitan dalam menentukan kedua daerah ini. Pasien dengan lesi lobus parietalis mungkin merasakan kedua sentuhan ini, tetapi mungkin memadamkan sensasi pada sisi kontralateral dengan sisi lesi. Perasaan ini merupakan fenomena yang disebut ekstingsi.6

V. Gangguan Sistem Sensorik
· Gangguan Sensoris Negatif
Gangguan sensorik superfisial atau gangguan eksteroseptif yang negatif merupakan salah satu manifestasi sindrom neurologi. Secara singkat gangguan sensorik negatif itu disebut defisit sensorik. Tergantung pada kedudukan lesi, apakah di saraf perifer, di radiks posterior atau di lintasan sentralnya, daerah permukaan tubuh yang anastetik atau baal dan sebagainya memperlihatkan pola yang khas sesuai dengan penataan anatomi susunan somestesia.8

Mengenal pola defisit sensorik itu berarti mengetahui lokasi lesi yang mendasarinya. Untuk mempermudah pembahasan defisit sensorik, maka istilah anestesia dan hipestesia digunakan secara bebas sebagai sinonim dari defisit sensorik.8

a. Hemihipestesia
Hemihipestesia merupakan hipestesia yang dirasakan sesisi tubuh saja. Ditinjau dari sudut patofisiologiknya, maka keadaan itu terjadi karena korteks sensorik primer tidak menerima impuls sensorik dari belahan tubuh kontralateral. Di dalam klinik hemihipestesia merupakan gejala utama atau gejala pengiring penyakit perdarahan serebral. Infark yang menduduki seluruh krus posterior kapsula interna sesisi, mengakibatkan hemiplegia kontralateral yang disertai hemihipestesis kontralateral juga. Pada penyumbatan arteri serebri anterior tidak dijumpai hemihipestesia kontralateral, melainkan hipestesia yang terbatas pada kulit tungkai kontralateral yang lumpuh.8

b. Hipestesia alternans
Hipestesia alternans merupakan hipestesia pada belahan wajah ipsilateral terhadap lesi yang bergandengan dengan hipestesia pada belahan badan kontralateral terhadap lesi. Lesi yang mendasari pola defisit sensorik itu menduduki kawasan jaras spinotalamik dan traktus spinalis nervi trigemini di medulla oblongata.8

c. Hipestesia tetraplegik
Hipestesia tetraplegik ialah hipestesia pada seluruh tubuh kecuali kepala dan wajah. Defisit sensorik itu timbul akibat lesi transversal yang memotong medulla spinalis di tingkat servikalis. Jika lesi menduduki segmen medulla spinalis di bawah tingkat T1, maka defisit sensorik yang terjadi dinamakan hipestesia paraplegi. 8

d. Hipestesia selangkangan (saddle hipestesia)
Hipestesia selangkangan ialah hipestesi pada daerah kulit selangkangan. Lesi yang mengakibatkannya merusak kauda ekuina.8
e. Hemihipestesia sindrom brown sequard
Hemihipestesia sindrom brown sequard ialah hemihipestesia pada belahan tubuh kontralateral terhadap hemilesi di medulla spinalis.8

f. Hipestesia radikular atau hipestesia dermatomal
Hipestesia radikular ialah hipestesia yang terjadi akibat lesi di radiks posterior. Dalam hal itu daerah yang hipestetik ialah dermatome yang disarafi oleh serabut-serabut radiks posterior yang terkena lesi. 8
g. Hipestesia perifer
Hipestesia perifer ialah hipestesia pada kawasan saraf perifer yang biasanya mencakup bagian-bagian beberapa dermatom. 8

· Gangguan sensorik positif
Gangguan sensorik positif ialah nyeri. Perangsangan yang menghasilkan nyeri yang bersifat destruktif terhadap jaringan yang dilengkapi dengan serabut saraf pengantar impuls nyeri. Jaringan itu dinamakan secara singkat jaringan peka-nyeri. Jaringan atau bangunan yang tidak dilengkapi dengan serabut nyeri tidak menghasilkan nyeri bilamana dirangsang, misalnya diskus intervertebral. Jaringan itu tak peka nyeri. 8

Walaupun nyeri pada hakikatnya tidak dapat ditaksirkan dan tidak dapat diukur, namun yang tidak dapat disangkal ialah, bahwa nyeri merupakan perasaan yang tidak nyaman dan menyakitkan. Nyeri akibat ditusuk berbeda dengan nyeri akibat ditekan. Bagaimana seseorang menghayati nyeri tergantung pada jenis jaringan yang dirangsang, lalu pada jenis serta sifat perangsangan, dan tergantung pula pada kondisi mental dan fisiknya. Nyeri dapat langsung dirasakan sebagai hasil perangsangan terhadap kulit, mukosa rongga mulut dan kornea. 8

VI. Kesimpulan

Sistem sensoris adalah sistem penghantaran rangsangan dari perifer (reseptor) ke pusat (otak). Mulai dari reseptor di perifer sampai ke korteks sensorik di otak jalur sensorik sekurang-kurangnya terdiri dari 3 tingkatan neuron. . Impuls (rangsang) berjalan secara sentripetal dari reseptor di perifer ke badan sel neuron tingkat pertama (primer) di ganglion akar dorsal dari saraf spinal. Aksonnya menuju ke sentral, bersinaps degnan neuron tingkat dua (sekunder) di kornu posterior medulla spinalis atau inti homolog di batang otak. Akson neuron sekunder melintas garis tengah dan menuju pada sisi sebelahnya (kontralateral), kemudian naik sebagai jaras spinotalamik atau lemniskus medialis menuju ke sinaps berikutnya di thalamus. Neuron di thalamus, biasanya berupa neuron tingkat tiga (tersier) terletak di kompleks ventrobasal thalamus dan berproyeksi melalui kaki posterior kapsula interna ke korteks sensorik di girus postsentral (area brodmann 3-1-2).

Kini Muncul Kotak Komentar Buat anda yang ingin mengemontari artikel Analisis Kesehatan. komentar langsung terbit Blog DeFollow...
EmoticonEmoticon