Gambaran pembelajaran sains menurut Kurikulum 2004 dan Nur (2001:3) Menurut Kurikulum 2004 bahwa sains meliputi dua hal, yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses (Depdiknas, 2003:6). Produk sains terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sains.
Menurut Nur (2001:3), pembelajaran sains
merupakan sesuatu yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan
untuk siswa. Pembelajaran sains harus melibatkan siswa dalam
penyelidikan-penyelidikan berorientasi inkuiry. Di dalam kegiatan itu,
mereka dapat berinteraksi dengan guru dan teman mereka. Siswa
mengemukakan hubungan antara pengetahuan sains yang telah mereka miliki
dan penentuan ilmiah yang ditemukan dalam banyak sumber, mereka
menerapkan isi, konsep sains pada pertanyaan-pertanyaan baru. Mereka
terlibat dalam pemecahan masalah, perencanaan, pengambilan keputusan,
dan diskusi kelompok, mereka mengalami penelitian dan evaluasi yang
konsisten dengan pendekatan aktif dalam belajar tersebut.
Guru seharusnya memperhatikan dua hal penting dalam pembelajaran sains. Pertama,
keterampilan-keterampilan proses dalam pembelajaran, hendaknya mendapat
perhatian secara proporsional dari para penyelenggara pendidikan
terutama guru. Menurut Kartiak (Drost, 1998:169), keterampilan proses
sains akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang. Siswa akan
terampil berkomunikasi jika dilakukan terus-menerus. Kedua,
guru menggunakan strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada
siswa untuk lebih aktif melakukan sesuatu untuk memperoleh produk sains.
Karena itu dalam belajar sains dibutuhkan pendekatan yang
menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan untuk menggunakan keterampilan
proses (Nur, 2002:3).
- Metode Kerja Kelompok
Kegiatan belajar mengajar terkadang guru
menggunakan metode mengajar secara bervariasi, termasuk metode kerja
kelompok. Metode kerja kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu
digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal
ini didasari bahwa anak didik adalah jenis makhluk homo socius, yakni
makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Metode kerja
kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi
pada diri setiap anak didik. Peserta didik dibina untuk mengendalikan
rasa egois yang ada dalam diri mereka, sehingga terbina sikap
kesetiakawanan sosial di kelas. Peserta didik sadar bahwa hidup ini
saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan
semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk yang terus menerus
berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak
langsung, didasari satau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam
kehidupan makhluk tertentu (Winarno, 1995).
Anak didik dibiasakan hidup bersama,
bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan
dan kelebihan. Anak yang memiliki kelebihan dengan ikhlas mau membantu
mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai
kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai
kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di
kelas dalam rangka untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Inilah
yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri.
Ketika guru ingin menggunakan metode kerja kelompok, maka guru harus
sudah mempertimbangan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan,
fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dikapai sudah dikuasai,
dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok disajikan
dengan metode kerja kelompok. Karena itu, metode kerja kelompok tidak
bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal
lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya (Suryosubroto, 1998).
Keakraban yang berhubungan dengan
kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling
menyukai satu sama lain, yang memiliki kecenderungan menanamkan
keakraban sebagai tarikan kelompok adalah satu-satunya faktor yang
menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban kelompok ditentukan oleh
beberapa faktor, yaitu: perasaan diterima atau disukai teman-teman,
tarikan kelompok, teknik pengelompokan oleh guru, partisipasi/
keterlibatan dalam kelompok, penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan
dalam cara mencapainya, struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedang
sifat-sifat kelompok itu adalah: suatu multi personalia dengan tingkatan
keakraban tertentu, suatu sistem interaksi, suatu organisasi atau
struktur, merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama, merupakan
suatu kekuatan atau standar perilaku-perilaku tertentu, dan pola
perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian (Suryosubroto,
1998).
- Tinjauan Hasil Belajar
Proses belajar mengajar dapat dikatakan
berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan
filsafatnya. Perlu dipahami bahwa setiap proses belajar mengajar
termasuk dengan menggunakan metode kerja kelompok selalu menghasilkan
hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana
prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai dengan menggunakan metode
tertentu. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses belajar
mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan
keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut : Istimewa/maksimal;
apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan
dapat dikuasai oleh siswa, baik/minimal; apabila bahan pembelajaran yang
diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Hasil belajar tersusun dari dua kata
yaitu “Hasil” dan “Belajar”. Hasil pada dasarnya adalah suatu yang
diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar menurut Sudjana
(2001:11) adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan ini sebagai hasil proses belajar ditunjukkan
dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap dan
tingkah laku, serta perubahan pada aspek-aspek lain yang ada pada
individu yang belajar. Hasil belajar dapat diketahui setelah diadakan
evaluasi sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan.
Menurut Djamarah (1996:28) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses
belajar mengajar dianggap berhasil adalah : daya serap siswa terhadap
bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara
individu maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam indikator
pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa baik secara individu maupun
kelompok.
Hasil belajar untuk mengukur keberhasilan
siswa yang berkaitan dengan aspek-aspek kognitif psikomotorik, dan
apektif. Hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu dapat diketahui
dengan jalan melakukan pengukuran yang dikenal dengan istilah
pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar menurut Sudjana
(2001) ialah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana
tujuan-tujuan instruksional dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa
setelah menempuh pengalaman belajaranya (proses belajar mengajar).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang
setelah mengikuti proses belajar. Untuk mengetahui proses belajar siswa,
maka guru menggunakan alat ukur evaluasi berupa tes hasil belajar.
Dengan menggunakan tes maka guru bisa mengetahui tingkat keberhasilan
dan penguasaan siswa terhadap pelajaran sehingga dapat memberikan acuan
kepada guru tindakan apa yang akan dilakukan pada keperluan selanjutnya.
B. Kerangka Pikir
Salah satu upaya untuk memperoleh sumber
daya manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan mutu
pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini telah dilakukan
oleh pihak sekolah, utamanya guru yang bertindak sebagai tenaga
pendidik. Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah pembaharuan kurikulum,
seminar pendidikan, penggunaan media pendidikan dalam mengajar, dan
penyediaan buku-buku pelajaran bagi siswa secara gratis, namun hal
tersebut memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil belajar siswa.
Oleh karena itu, guru mencoba menerapkan metode kerja kelompok dengan
tujuan agar hasil belajar siswa dapat meningkat.
Kegiatan belajar mengajar yang mampu
meningkatkan hasil belajar siswa adalah tugas dan tanggung jawab guru
sebagai tenaga pendidik. Guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan
metode mengajar yang sesuai dengan konsep yang dibawakan dan harus
relevan dengan psikologis anak, sehingga minat dan motivasi serta hasil
belajar siswa dapat meningkat. Metode pengajaran kerja kelompok jarang
digunakan oleh guru, utamanya pada bidang studi sains, karena adanya
keterbatasan waktu dan kesulitan mengontrol aktivitas siswa, padahal
jika dilaksanakan sesuai dengan prosedur, metode mengajar ini dapat
ditingkatkan. Adanya metode kerja kelompok, diharapkan agar hasil
belajar siswa dapat meningkat.
Penerapan metode kerja kelompok perlu
dilaksanakan karena dari hasil observasi didapatkan data bawah selama
ini guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu ceramah.
Metode ceramah hanya mengaktifkan guru, sedangkan siswa hanya
mendengarkan saja. Untuk menghilangkan sifat pasif siswa selama ini,
maka diperlukan suatu metode mengajar yang cocok untuk mengaktifkan
siswa dalam berbicara maupun memecahkan suatu masalah secara bersama.
Adanya interaksi belajar akan membangkitkan semangat dan minat belajar
sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.
Kini Muncul Kotak Komentar Buat anda yang ingin mengemontari artikel Analisis Kesehatan. komentar langsung terbit Blog DeFollow...
EmoticonEmoticon