Monday, February 11, 2013

Konsep Belajar Sains Gambaran pembelajaran sains

Gambaran pembelajaran sains menurut Kurikulum 2004 dan Nur (2001:3) Menurut Kurikulum 2004 bahwa sains meliputi dua hal, yaitu sains sebagai produk dan sains sebagai proses (Depdiknas, 2003:6). Produk sains terdiri atas fakta, konsep, prinsip, teori, dan hukum. Sedangkan proses sains meliputi keterampilan-keterampilan dan sikap-sikap yang dimiliki para ilmuwan untuk memperoleh dan mengembangkan pengetahuan sains.
Menurut Nur (2001:3), pembelajaran sains merupakan sesuatu yang dilakukan siswa, bukan sesuatu yang dilakukan untuk siswa. Pembelajaran sains harus melibatkan siswa dalam penyelidikan-penyelidikan berorientasi inkuiry. Di dalam kegiatan itu, mereka dapat berinteraksi dengan guru dan teman mereka. Siswa mengemukakan hubungan antara pengetahuan sains yang telah mereka miliki dan penentuan ilmiah yang ditemukan dalam banyak sumber, mereka menerapkan isi, konsep sains pada pertanyaan-pertanyaan baru. Mereka terlibat dalam pemecahan masalah, perencanaan, pengambilan keputusan, dan diskusi kelompok, mereka mengalami penelitian dan evaluasi yang konsisten dengan pendekatan aktif dalam belajar tersebut.
Guru seharusnya memperhatikan dua hal penting dalam pembelajaran sains. Pertama, keterampilan-keterampilan proses dalam pembelajaran, hendaknya mendapat perhatian secara proporsional dari para penyelenggara pendidikan terutama guru. Menurut Kartiak (Drost, 1998:169), keterampilan proses sains akan terbentuk hanya melalui proses berulang-ulang. Siswa akan terampil berkomunikasi jika dilakukan terus-menerus. Kedua, guru menggunakan strategi pembelajaran yang memberi kesempatan kepada siswa untuk lebih aktif melakukan sesuatu untuk memperoleh produk sains. Karena itu dalam belajar sains dibutuhkan pendekatan yang menumbuhkembangkan kemampuan-kemampuan untuk menggunakan keterampilan proses (Nur, 2002:3).
  1. Metode Kerja Kelompok
Kegiatan belajar mengajar terkadang guru menggunakan metode mengajar secara bervariasi, termasuk metode kerja kelompok. Metode kerja kelompok memang suatu waktu diperlukan dan perlu digunakan untuk membina dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini didasari bahwa anak didik adalah jenis makhluk homo socius, yakni makhluk yang berkecenderungan untuk hidup bersama. Metode kerja kelompok, diharapkan dapat ditumbuhkembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Peserta didik dibina untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka, sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial di kelas. Peserta didik sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan, seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupan semua makhluk hidup di dunia. Tidak ada makhluk yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan makhluk lain, langsung atau tidak langsung, didasari satau tidak, makhluk lain itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu (Winarno, 1995).
Anak didik dibiasakan hidup bersama, bekerja sama dalam kelompok, akan menyadari bahwa dirinya ada kekurangan dan kelebihan. Anak yang memiliki kelebihan dengan ikhlas mau membantu mereka yang mempunyai kekurangan. Sebaliknya, mereka yang mempunyai kekurangan dengan rela hati mau belajar dari mereka yang mempunyai kelebihan, tanpa ada rasa minder. Persaingan yang positif pun terjadi di kelas dalam rangka untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Inilah yang diharapkan, yakni anak didik yang aktif, kreatif, dan mandiri. Ketika guru ingin menggunakan metode kerja kelompok, maka guru harus sudah mempertimbangan bahwa hal itu tidak bertentangan dengan tujuan, fasilitas belajar pendukung, metode yang akan dikapai sudah dikuasai, dan bahan yang akan diberikan kepada anak didik memang cocok disajikan dengan metode kerja kelompok. Karena itu, metode kerja kelompok tidak bisa dilakukan secara sembarangan, tetapi harus mempertimbangkan hal-hal lain yang ikut mempengaruhi penggunaannya (Suryosubroto, 1998).
Keakraban yang berhubungan dengan kelompok ditentukan oleh tarikan-tarikan interpersonal, atau saling menyukai satu sama lain, yang memiliki kecenderungan menanamkan keakraban sebagai tarikan kelompok adalah satu-satunya faktor yang menyebabkan kelompok bersatu. Keakraban kelompok ditentukan oleh beberapa faktor, yaitu: perasaan diterima atau disukai teman-teman, tarikan kelompok, teknik pengelompokan oleh guru, partisipasi/ keterlibatan dalam kelompok, penerimaan tujuan kelompok dan persetujuan dalam cara mencapainya, struktur dan sifat-sifat kelompok. Sedang sifat-sifat kelompok itu adalah: suatu multi personalia dengan tingkatan keakraban tertentu, suatu sistem interaksi, suatu organisasi atau struktur, merupakan suatu motif tertentu dan tujuan bersama, merupakan suatu kekuatan atau standar perilaku-perilaku tertentu, dan pola perilaku yang dapat diobservasi yang disebut kepribadian (Suryosubroto, 1998).
  1. Tinjauan Hasil Belajar
Proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil, setiap guru memiliki pandangan masing-masing sejalan dengan filsafatnya. Perlu dipahami bahwa setiap proses belajar mengajar termasuk dengan menggunakan metode kerja kelompok selalu menghasilkan hasil belajar. Masalah yang dihadapi adalah sampai di tingkat mana prestasi (hasil) belajar yang telah dicapai dengan menggunakan metode tertentu. Sehubungan dengan hal inilah keberhasilan proses belajar mengajar itu dibagi atas beberapa tingkatan atau taraf. Tingkatan keberhasilan tersebut adalah sebagai berikut : Istimewa/maksimal; apabila sebagian besar (76% s.d 99%) bahan pelajaran yang diajarkan dapat dikuasai oleh siswa, baik/minimal; apabila bahan pembelajaran yang diajarkan kurang dari 60% dikuasai oleh siswa.
Hasil belajar tersusun dari dua kata yaitu “Hasil” dan “Belajar”. Hasil pada dasarnya adalah suatu yang diperoleh dari suatu aktivitas. Sedangkan belajar menurut Sudjana (2001:11) adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada diri seseorang. Perubahan ini sebagai hasil proses belajar ditunjukkan dalam bentuk perubahan pengetahuan, pemahaman, perubahan sikap dan tingkah laku, serta perubahan pada aspek-aspek lain yang ada pada individu yang belajar. Hasil belajar dapat diketahui setelah diadakan evaluasi sesuai dengan tujuan instruksional yang telah dirumuskan. Menurut Djamarah (1996:28) yang menjadi petunjuk bahwa suatu proses belajar mengajar dianggap berhasil adalah : daya serap siswa terhadap bahan pengajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi, baik secara individu maupun kelompok dan perilaku yang digariskan dalam indikator pembelajaran yang harus dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok.
Hasil belajar untuk mengukur keberhasilan siswa yang berkaitan dengan aspek-aspek kognitif psikomotorik, dan apektif. Hasil belajar siswa dalam bidang studi tertentu dapat diketahui dengan jalan melakukan pengukuran yang dikenal dengan istilah pengukuran hasil belajar. Pengukuran hasil belajar menurut Sudjana (2001) ialah suatu tindakan atau kegiatan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional dapat dicapai atau dikuasai oleh siswa setelah menempuh pengalaman belajaranya (proses belajar mengajar).
Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh seseorang setelah mengikuti proses belajar. Untuk mengetahui proses belajar siswa, maka guru menggunakan alat ukur evaluasi berupa tes hasil belajar. Dengan menggunakan tes maka guru bisa mengetahui tingkat keberhasilan dan penguasaan siswa terhadap pelajaran sehingga dapat memberikan acuan kepada guru tindakan apa yang akan dilakukan pada keperluan selanjutnya.
B.     Kerangka Pikir
Salah satu upaya untuk memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan. Upaya peningkatan mutu pendidikan selama ini telah dilakukan oleh pihak sekolah, utamanya guru yang bertindak sebagai tenaga pendidik. Upaya-upaya yang telah dilakukan adalah pembaharuan kurikulum, seminar pendidikan, penggunaan media pendidikan dalam mengajar, dan penyediaan buku-buku pelajaran bagi siswa secara gratis, namun hal tersebut memberikan hasil yang maksimal terhadap hasil belajar siswa. Oleh karena itu, guru mencoba menerapkan metode kerja kelompok dengan tujuan agar hasil belajar siswa dapat meningkat.
Kegiatan belajar mengajar yang mampu meningkatkan hasil belajar siswa adalah tugas dan tanggung jawab guru sebagai tenaga pendidik. Guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan metode mengajar yang sesuai dengan konsep yang dibawakan dan harus relevan dengan psikologis anak, sehingga minat dan motivasi serta hasil belajar siswa dapat meningkat. Metode pengajaran kerja kelompok jarang digunakan oleh guru, utamanya pada bidang studi sains, karena adanya keterbatasan waktu dan kesulitan mengontrol aktivitas siswa, padahal jika dilaksanakan sesuai dengan prosedur, metode mengajar ini dapat ditingkatkan. Adanya metode kerja kelompok, diharapkan agar hasil belajar siswa dapat meningkat.
Penerapan metode kerja kelompok perlu dilaksanakan karena dari hasil observasi didapatkan data bawah selama ini guru mengajar dengan menggunakan metode yang monoton yaitu ceramah. Metode ceramah hanya mengaktifkan guru, sedangkan siswa hanya mendengarkan saja. Untuk menghilangkan sifat pasif siswa selama ini, maka diperlukan suatu metode mengajar yang cocok untuk mengaktifkan siswa dalam berbicara maupun memecahkan suatu masalah secara bersama. Adanya interaksi belajar akan membangkitkan semangat dan minat belajar sehingga dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa.

Kini Muncul Kotak Komentar Buat anda yang ingin mengemontari artikel Analisis Kesehatan. komentar langsung terbit Blog DeFollow...
EmoticonEmoticon