Friday, December 7, 2012

Pandangan Donor Mata dalam Agama Buddha dan kesehatan

Pandangan Donor Mata dalam Agama Buddha dan kesehatan | Budha percaya bahwa donasi organ dan jaringan adalah masalah hati nurani individu dan menempatkan nilai tinggi pada tindakan-tindakan belas kasih. Pendeta Gyomay Masao, dan pendiri Candi Budha Chicago mengatakan, “Kita menghormati orang-orang yang menyumbangkan organ tubuh mereka dan untuk kemajuan ilmu pengetahuan dan medis untuk menyelamatkan nyawa.

Dalam ajaran agama Buddha terdapat apa yang disebut Upa-Paramita, yaitu memberikan organ tubuhnya untuk menolong makhluk lain. Hal ini cukup banyak kita jumpai dalam contoh-contoh ceritera Jataka. Misalnya Sang Bodhisatta memberikan dagingnya, bahkan hidup-Nya demi kebahagiaan atau menolong makhluk lain yang terancam hidupnya dari kelaparan atau kebuasan makhluk lain.

Bhikkhuni Subha dengan rela menyerahkan sepasang biji matanya, kepada pemuda iseng yang tergila-gila kepadanya, yang tak tahan melihat kecantikannya dengan sorot matanya yang menggiurkan. Tindakan Bhikkhuni Subha ini tidak disalahkan oleh Sang Buddha, bahkan secara ajaib Sang Buddha mengembalikan bola mata itu ke tempatnya semula, sehingga Bhikkhuni Subha dapat melihat kembali.

Upa-Paramita merupakan salah satu syarat dari beberapa syarat yang dibutuhkan bagi seorang Bodhisatta untuk mencapai tingkat kebuddhaan. Selain itu di dalam agama Buddha, berdana berupa transplantasi merupakan Dana Paramita, yang dapat meningkatkan nilai kehidupan manusia di dalam kehidupan yang akan datang.

Dalam Vesantara Jataka 539, Sang Buddha bersabda bahwa dalam Kelahiran Beliau sebagai Bodhisatta Vesantara, Beliau telah menyatakan sebagai berikut, “Segala sesuatu yang telah kuberikan kepada orang lain itu sebenarnya berasal dari orang lain, dan ini tidak membuat aku menjadi puas. Aku ingin berdana sesuatu yang betul-betul berasal dari pribadiku sendiri, karena itu jika seseorang menginginkan jantungku, akan kubuka rongga dadaku dan kuberikan jantungku kepadanya. Jika yang diinginkan adalah kulit serta daging dari badanku, maka akan kucabik-cabik semua kulit dan daging dari badanku dan akan kuberikan kepadanya”. setiap umat Buddha dibenarkan mendonorkan setiap organ tubuhnya dan tidak hanya kedua matanya demi kebahagiaan orang lain, untuk kelangsungan hidup orang lain.

Bahkan kalau perlu hidupnya sendiri pun dibenarkan untuk dikorbankan demi kelangsungan hidup orang lain.***

Sumber