BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Di Indonesia sampai saat ini
penyakit malaria masih merupakan masalah kesehatan masyarakat. Malaria dapat
menyebabkan kematian terutama pada kelompok risiko tinggi yaitu bayi, anak
balita, ibu hamil, selain itu malaria secara langsung menyebabkan anemia dan
dapat menurunkan produktivitas kerja. Penyakit ini juga masih endemis di
sebagian besar wilayah Indonesia. Angka kesakitan
penyakit ini pun masih cukup tinggi, terutama di daerah Indonesia bagian timur. Di
daerah trasmigrasi dimana terdapat campuran penduduk yang berasal dari daerah
yang endemis dan tidak endemis malaria, di daerah endemis malaria masih sering
terjadi letusan kejadian luar biasa (KLB) malaria Oleh karena kejadian luar
biasa ini menyebabkan insiden rate penyakit malaria masih tinggi di daerah
tersebut.
Di
Indonesia penderita malaria mencapai 1-2 juta orang pertahun, dengan angka
kematian sebanyak 100 ribu jiwa. Kasus tertinggi penyakit malaria adalah daerah
papua, akan tapi sekitar 107 juta orang Indonesia tinggal di daerah endemis
malaria yang tersebar dari Aceh sampai Papua, termasuk di Jawa yang padat
penduduknya (Adiputro,2008).
Dari data Dinas Kesehatan
Provinsi Bengkulu, diare dan malaria klinis merupakan penyakit terbanyak yang
diderita masyarakat Bengkulu. Pada kurun waktu dari Januari 2011 sampai dengan
Maret 2011 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 4123 kasus (Mahfudin, 2011).
Sedangkan menurut data Data
Dinas Kesehatan Kota Bengkulu penderita malaria di Kota Bengkulu, Bengkulu
sejak Januari hingga April 2011 mencapai 4.295 orang
(Sinambela, 2011)
B. Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui gambaran
penyakit malaria dan penyebarannya di Provinsi Bengkulu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Malaria
Penyakit malaria adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh plasmodium
falsifarum, plasmodium vivax, plasmodium malariae, plasmodium ovale dan yang
mix atau campuran yang penularannya melalui gigitan
nyamuk anopheles betina (Kemenkes,2011)
B. Nyamuk
Anopheles
Menurut Hiswani (2004) Penyakit malaria adalah salah satu penyakit
yang penularannya melalui gigitan nyamuk anopheles betina. Berdasarkan survai
unit kerja SPP (serangga penular penyakit) telah ditemukan di Indonesia ada 46
species nyamuk anopheles yang tersebar diseluruh Indonesia. Dari
species-species nyamuk tersebut ternyata ada 20 species yang dapat menularkan
penyakit malaria. Dengan kata lain di Indonesia ada 20 species nyamuk anopheles
yang berperan sebagai vektor penyakit malaria.
Penyebab penyakit malaria adalah genus plasmodia family
plasmodiidae dan ordo coccidiidae. Sampai saat ini di Indonesia dikenal 4 macam
parasit malaria yaitu:
1.
Plasmodium
Falciparum penyebab malaria tropika yang sering menyebabkan malaria yang berat.
2.
Plasmodium
vivax penyebab malaria tertina.
3.
Plasmodium
malaria penyebab malaria quartana.
4.
Plasmodium
ovale jenis ini jarang sekali dijumpai di Indonesia, karena umumnya banyak
kasusnya terjadi di Afrika dan Pasifik Barat.
Pada penderita penyakit malaria, penderita dapat dihinggapi oleh
lebih dari satu jenis plasmodium. Infeksi demikian disebut infeksi campuran
(mixed infection). Dari kejadian infeksi campuran ini biasanya paling banyak
dua jenis parasit, yakni campuran antara plasmodium falcifarum dengan
plasmodium vivax atau P. malariae. Kadang-kadang di jumpai tiga jenis parasit
sekaligus meskipun hal ini jarang terjadi,. infeksi campuran ini biasanya
terjadi terdapat di daerah yang tinggi angka penularannya.
1. Siklus Hidup Nyamuk Anopheles
Semua serangga termasuk nyamuk, dalam siklus hidupnya mempunyai
tingkatan-tingkatan yang kadang-kadang antara tingkatan yang sama dengan
tingkatan yang berikutnya terlihat sangat berbeda. Berdasarkan tempat hidupnya
dikenal dua tingkatan kehidupan yaitu :
a.
Tingkatan
di dalam air.
b. Tingkatan di
luar temp at berair (darat/udara).
Untuk kelangsungan kehidupan nyamuk diperlukan air, siklus hidup
nyamuk akan terputus. Tingkatan kehidupan yang berada di dalam air ialah: telur.
jentik, kepompong. Setelah satu atau dua hari telur berada didalam air, maka
telur akan menetas dan keluar jentik. Jentik yang baru keluar dari telur masih
sangat halus seperti jarum. Dalam pertumbuhannya jentik anopheles mengalami
pelepasan kulit sebanyak empat kali.
Waktu yang diperlukan untuk pertumbuhan jentik antara 8-10 hari
tergantung pada suhu, keadaan makanan serta species nyamuk. Dari jentik akan
tumbuh menjadi kepompong (pupa) yang merupakan tingkatan atau stadium istirahat
dan tidak makan. Pada tingkatan kepompong ini memakan waktu satu sampai dua
hari. Setelah cukup waktunya, dari kepompong akan keluar nyamuk dewasa yang
telah dapat dibedakan jenis kelaminnya.
Setelah nyamuk bersentuhan dengan udara, tidak lama kemudian
nyamuk tersebut telah mampu terbang, yang berarti meninggalkan lingkungan
berair untuk meneruskan hidupnya didarat atau udara. Dalam meneruskan
keturunannya. Nyamuk betina kebanyakan banya kawin satu kali selama hidupnya.
Biasanya perkawinan terjadi setelah 24 -48 jam dari saat keluarnya dari
kepompong.
2. Beberapa Aspek Perilaku (Bionomik) Nyamuk
Bionomik nyamuk mencakup
pengertian tentang perilaku, perkembangbiakan, umur, populasi, penyebaran,
fluktuasi musiman, serta faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi berupa lisan
fisik (musim. kelembaban. angin. matahari, arus air). lingkungan kimiawi (kadar
gram, PH) dan lingkungan biologik seperti tumbuhan bakau, gangang vegetasi
disekitar tempat perindukan dan musim alami.
Jika kita tinjau kehidupan nyamuk ada tiga macam tempat yang
diperlukan untuk kelangsungan hidupnya. Hubungan ketiga tempat tersebut dapat
dilukiskan dengan bagan sebagai berikut:
|
||||||||||||
|
||||||||||||
|
||||||||||||
Untuk menujang program pemberantasan malaria perilaku vektor yang
ada hubungannya dengan ketiga macam tempat tersebut penting untuk diketahui
yaitu :
a.
Perilaku Mencari Darah.
Perilaku
mencari darah nyamuk dapat ditinjau dari beberapa segi yaitu:
1) Perilaku
mencari darah dikaitkan dengan waktu. Nyamuk anopheles pada umumnya aktif
mencari darah pada waktu malarn hari. apabila dipelajari dengan teliti.
ternyata tiap spesies mempunyai sifat yang tertentu, ada spesies yang aktif
mulai senja hingga menjelang tengah malam dan sampai pagi hari.
2) Perilaku
mencari darah dikaitkan dengan tempat apabila dengan metode yang sama kita
adakan. Penangkapan nyarnuk didalam dan diluar rumah maka dari hasil
penangkapan tersebut dapat diketahui ada dua golongan nyamuk, yaitu: eksofagik
yang lebih senang mencari darah diluar rumah dan endofagik yang lebih senang
mencari darah didalam rumah.
3) Perilaku
mencari darah dikaitkan dengan sumber darah. Berdasarkan macam darah yang
disenangi, kita dapat membedakan atas: antropofilik apabila lebih senang darah
manusia, dan zoofilik apabila nyamuk lebih senang menghisap darah binatang dan
golongan yang tidak mempunyai pilihan tertentu.
4) Frekuensi
menggigit, telah diketahui bahwa nyamuk betina biasanya hanya kawin satu kali
selama hidupnya Untuk mempertahankan dan memperbanyak keturunannya, nyamuk
betina hanya memerlukan darah untuk proses pertumbuhan telurnya. Tiap sekian
hari sekali nyamuk akan mencari darah. Interval tersebut tergantung pada
species, dan dipengaruhi oleh temperatur dan kelembaban, dan disebut siklus
gonotrofik. Untuk iklim Indonesia memerlukan waktu antara 48-96 jam.
b.
Perilaku Istirahat.
Istirahat
bagi nyamuk mempunyai 2 macam artinya: istirahat yang sebenarnya selama waktu
menunggu proses perkembangan telur dan istirahat sementara yaitu pada waktu
nyamuk sedang aktif mencari darah. Meskipun pada umumnya nyamuk memilih tempat
yang teduh, lembab dan aman untuk beristirahat tetapi apabila diteliti lebih
lanjut tiap species ternyata mempunyai perilaku yang berbeda-beda. Ada spesies
yang halnya hinggap tempat-tempat dekat dengan tanah (AnAconitus) tetapi ada
pula species yang hinggap di tempat-tempat yang cukup tinggi (An.Sundaicus).
Pada waktu malam ada nyamuk yang masuk kedalam rumah hanya untuk menghisap
darah orang dan kemudian langsung keluar. Ada pula yang baik sebelum maupun
sesudah menghisap darah orang akan hinggap pada dinding untuk beristirahat.
c.
Perilaku Berkembang
Biak.
Nyamuk
Anopheles betina mempunyai kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat
untuk berkembang biak yang sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada
species yang senang pada tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung (an.
Sundaicus), ada pula yang senang pada tempat-tempat teduh (An. Umrosus).
Species yang satu berkembang dengan baik di air payau (campuran tawar dan air
laut) misalnya (An. Aconitus) dan seterusnya Oleh karena perilaku berkembang
biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang intensif untuk
inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam program
pemberantasan.
3.
Keterangan mengenai vektor
a. Umur Populasi Vektor.
Umur nyamuk bervariasi
tergantung pada species dan dipengaruhi keadaan lingkungan. Ada banyak cara
untuk mengukur unsur populasi nyamuk. Salah satu cara yang paling praktis dan
cukup memungkinkan ialah dengan melihat beberapa persen nyamuk porous dari
jumlah yang diperiksa. Nyamuk parous adalah nyamuk yang telah pernah bertelur,
yang dapat diperiksa dengan perbedahan indung telur (ovarium).
Misalnya dari 100 ekor
nyamuk yang dibedah indung telurnya ternyata 80 ekor telah parous, maka
persentase parous populasi nyamuk tersebut adalah 80%. Penentuan umur nyamuk
ini sangat penting untuk mengetahui kecuali kaitannya dengan penularan malaria
data umur populasi nyamuk dapat juga digunakan sebagai para meter untuk menilai
dampak upaya pemberantasan vektor (penyemprotan, pengabutan dan lain-lain).
b. Distribusi Musiman.
Distribusi musiman vektor sangat penting untuk diketahui. Data
distribusi musiman ini apabila dikombinasikan dengan data umur populasi vektor
akan menerangkan musim penularan yang tepat. Pada umumnya satu species yang
berperan sebagai vektor, memperlihatkan pola distribusi manusia tertentu. Untuk
daerah tropis seperti di Indonesia pada umumnya densitas atau kepadatan tinggi
pada musim penghujan, kecuali An.Sundaicus di pantai selatan Pulau Jawa dimana
densitas tertinggi pada musim kemarau
c.
Penyebaran Vektor.
Penyebaran vektor mempunyai arti penting dalam epidemiologi
penyakit yang ditularkan serangga. Penyebaran nyamuk dapat berlangsung dengan
dua cara yaitu: cara aktif, yang ditentukan oleh kekuatan terbang, dan cara
pasif dengan perantaraan dan bantuan alat transport atau angin.
4.
Cara penularan malaria
Penyakit malaria
dikenal ada berbagai cara penularan malaria:
a.
Penularan
secara alamiah (natural infection) penularan ini terjadi melalui gigitan nyamuk
anopheles.
b.
Penularan
yang tidak alamiah.
1) Malaria bawaan (congenital).
Terjadi pada bayi yang baru dilahirkan karena ibunya menderita
malaria, penularan terjadi melalui tali pusat atau placenta.
2) Secara mekanik.
Penularan terjadi melalui transfusi darah atau melalui jarum
suntik. Penularan melalui jarum suntik yang tidak steril lagi. Cara penularan
ini pernah dilaporkan terjadi disalah satu rumah sakit di Bandung pada tahun
1981, pada penderita yang dirawat dan mendapatkan suntikan intra vena dengan
menggunakan alat suntik yang dipergunakan untuk menyuntik beberapa pasien,
dimana alat suntik itu seharusnya dibuang sekali pakai (disposeble).
3) Secara oral (Melalui Mulut).
Cara penularan ini pernah dibuktikan pada burung, ayam
(P.gallinasium) burung dara (P.Relection) dan monyet (P.Knowlesi).
C.
Penyebaran
Malaria
Batas dari penyebaran malaria adalah 64°LU (RuBia) dan 32°LS
(Argentina). Ketinggian yang dimungkinkan adalah 400 meter dibawah permukaan
laut (Laut mati dan Kenya) dan 2600 meter di atas permukaan laut (Bolivia).
Plasmodium vivax mempunyai distribusi geografis yang paling Juas, mulai dari
daerah beriklim dingin, subtropik sampai kedaerah tropik. Plasmodium Falciparum
jarang sekali terdapat didaerah yang beriklim dingin Penyakit Malaria hampir
sama dengan penyakit Falciparum, meskipun jauh lebih jarang terjadinya.
Plasmodium ovale pada umumnya dijumpai di Afrika dibagian yang beriklim tropik,
kadang-kadang dijumpai di Pasifik Barat. Di Indonesia Penyakit malaria tersebar
diseluruh pulau dengan derajat endemisitas yang berbeda-beda dan dapat
berjangkit didaerah dengan ketinggian sampai 1800 meter diatas permukaan laut.
Angka kesakitan malaria di pulau Jawa dan Bali dewasa ini (1983)
berkisar antara 1-2 per 1000 penduduk, sedangkan di luar Jawa-Bali sepuluh kali
lebih besar. Sepcies yang terbanyak dijumpai adalah Plasmodium Falciparum dan
Plasmodium vivax Plasmodium malaria banyak dijumpai di Indonesia bagian Timur.
Plasmodium ovale pernah ditemukan di Irian dan Nusa Tenggara Timur.
D.
Gejala
Malaria
Adalah penyakit malaria yang ditemukan berdasarkan gejala-gejala
klinis dengan gejala utama demam mengigil secara berkala dan sakit kepala
kadang-kadang dengan gejala klinis lain sebagai berikut :
1.
Badan
terasa lemas dan pucat karena kekurangan darah dan berkeringat.
2.
Nafsu makan
menurun.
3.
Mual-mual
kadang-kadang diikuti muntah.
4.
Sakit
kepala yang berat, terus menerus, khususnya pada infeksi dengan plasmodium
Falciparum.
5.
Dalam
keadaan menahun (kronis) gejala diatas, disertai pembesaran limpa.
6.
Malaria
berat, seperti gejala diatas disertai kejang-kejang dan penurunan.
7.
Pada anak,
makin muda usia makin tidak jelas gejala klinisnya tetapi yang menonjol adalah
mencret (diare) dan pusat karena kekurangan darah (anemia) serta adanya riwayat
kunjungan ke atau berasal dari daerah malaria.
8.
Gejala
klasik malaria merupakan suatu paroksisme biasanya terdiri atas 3 stadium yang
berurutan yaitu :
a)
Stadium
dingin (cold stage).
Stadium ini mulai dengan menggigil dan perasaan yang sangat
dingin. Gigi gemeretak dan penderita biasanya menutup tubuhnya dengan segala
macam pakaian dan selimut yang tersedia nadi cepat tetapi lemah. Bibir dan jari
jemarinya pucat kebiru-biruan, kulit kering dan pucat. Penderita mungkin muntah
dan pada anak-anak sering terjadi kejang. Stadium ini berlangsung antara 15
menit sampai 1 jam.
b)
Stadium
demam (Hot stage).
Setelah merasa kedinginan, pada stadium ini penderita merasa
kepanasan. Muka merah, kulit kering dan terasa sangat panas seperti terbakar,
sakit kepala menjadi-jadi dan muntah kerap terjadi, nadi menjadi kuat lagi.
Biasanya penderita merasa sangat hasil dan suhu badan dapat meningkat sampai
41°C atau lebih. Stadium ini berlangsung antara 2 sampai 4 jam. Demam
disebabkan oleh pecahnya sison darah yang telah matang dan masuknya merozoit
darah kedalam aliran darah.
Pada
plasmodium vivax dan P. ovate sison-sison dari setiap generasi menjadi matang
setiap 48 jam sekali sehingga demam timbul setiap tiga hari terhitung dari
serangan demam sebelumnya. Nama malaria tertiana bersumber dari fenomena ini.
Pada plasmodium malariaa, fenomena tersebut 72 jam sehingga disebut malaria P.
vivax/P. ovale, hanya interval demamnya tidak jelas. Serangan demam di ikuti
oleh periode laten yang lamanya tergantung pada proses pertumbuhan parasit dan
tingkat kekebalan yang kemudian timbul pada penderita.
c)
Stadium
berkeringat (sweating stage).
Pada stadium ini penderita berkeringat banyak sekali sampai-sampai
tempat tidurnya basah. Suhu badan meningkat dengan cepat, kadang-kadang sampai
dibawah suhu normal. Penderita biasanya dapat tidur nyenyak. Pada saat bangun
dari tidur merasa lemah tetapi tidak ada gejala lain, stadium ini berlangsung
antara 2 sampai 4 jam. Gejala-gejala yang disebutkan diatas tidak selalu sama
pada setiap penderita, tergantung pada species parasit dan umur dari penderita,
gejala klinis yang berat biasanya teljadi pada malaria tropika yang disebabkan
oleh plasmodium falciparum. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan
parasit (bentuk trofosoit dan sison). Untuk berkumpul pada pembuluh darah organ
tubuh seperti otak, hati dan ginjal sehingga menyebabkan tersumbatnya pembuluh
darah pada organ-organ tubuh tersebut.
Gejala
mungkin berupa koma/pingsan, kejang-kejang sampai tidak berfungsinya ginjal.
Kematian paling banyak disebabkan oleh jenis malaria ini. Kadang–kadang
gejalanya mirip kholera atau dysentri. Black water fever yang merupakan gejala
berat adalah munculnya hemoglobin pada air seni yang menyebabkan warna air seni
menjadi merah tua atau hitam. Gejala lain dari black water fever adalah ikterus
dan muntah-muntah yang warnanya sama dengan warna empedu, black water fever
biasanya dijumpai pada mereka yang menderita infeksi P. falcifarum yang
berulang -ulang dan infeksi yang cukup berat.
E. Upaya pengendalian
Terdapat beberapa upaya
yang dilakukan dalam program pencegahan malaria seperti pemakaian kelambu,
pengendalian vektor.
1.
Pemakaian
Kelambu
2.
Pengendalian
Vektor
Untuk meminimalkan penularan malaria maka
dilakukan upaya pengendalian terhadap Anopheles sp sebagai nyamuk
penular malaria. Beberapa upaya pengendalian vektor yang dilakukan misalnya
terhadap jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles
sp secara kimiawi, menggunakan insektisida), biological control (
menggunakan ikan pemakan jentik), manajemen lingkungan, dan lain-lain.
Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah
dengan insektisida (IRS/ indoors residual spraying) atau menggunakan
kelambu berinsektisida. Namun perlu ditekankan bahwa pengendalian vektor harus
dilakukan secara REESAA (rational, effective, efisien, suntainable,
affective dan affordable) mengingat kondisi geografis Indonesia yang luas
dan bionomik vektor yang beraneka ragam sehingga pemetaan breeding places dan
perilaku nyamuk menjadi sangat penting. Untuk itu diperlukan peran pemerintah
daerah, seluruh stakeholders dan masyarakat dalam pengendalian vektor malaria.
3.
Diagnosis
dan Pengobatan
Selain pencegahan, diagnosis dan
pengobatan malaria juga merupakan upaya pengendalian malaria yang penting.
BAB III
PEMBAHASAN
Nyamuk Anopheles betina mempunyai
kemampuan memilih tempat perindukan atau tempat untuk berkembang biak yang
sesuai dengan kesenangan dan kebutuhannya Ada species yang senang pada
tempat-tempat yang kena sinar matahari langsung, ada pula yang senang pada
tempat-tempat teduh, dan ada pula species
yang berkembang
dengan baik di air payau (campuran tawar dan air laut). Oleh karena perilaku
berkembang biak ini sangat bervariasi, maka diperlukan suatu survai yang
intensif untuk inventarisasi tempat perindukan, yang sangat diperlukan dalam
program pemberantasan.
Sebagian daerah Provinsi
Bengkulu merupakan rawa dan area persawahan. Lingkungan rawa dan persawahan yang
banyak membuat genangan air tersebut merupakan tempat yang baik untuk
perkembang biakan nyamuk anopheles. Dari penelitian Hasan Husein (2007) nyamuk
menyukai tempat lembab dan kotor sebagi tempat istirahat. Sedangkan sebagian
besar di Kota Bengkulu masyarakatnya sudah terbiasa dengan lingkungan bersih seperti
tidak adanya sampah di dalam rumah sehingga rumah tidak kotor dan lembab. Hal
ini juga didukung dengan fasilitas yang sudah memadai seperti peralatan untuk
kebersihan, alat-alat untuk memasak yang sudah banyak menggunakan barang
elektronik, sehingga tidak menimbulkan sampah. Sedangkan Nyamuk Anopheles biasanya
menyukai tempat yang lembab dan kotor sebagi tempat istirahat. Lain halnya
dengan di pedesaan yang belum banyak yang mengerti tentang penanggulangan
penyakigt malaria. Sebagian masyarakat yang tinggal di pedesaan masih terbiasa
dengan lingkungan yang kotor dan lembab, sehingga memungkinkan perkembangan
nyamuk anopheles lebih cepat.
Untuk mencegah agar tidak terserang penyakit malaria maka warga yang
tinggal di daerah endemik penyakit tersebut sebaiknya tidur dengan menggunakan
kelambu, memberantas sarang nyamuk anopheles dengan menyemprotkan racun serta
menerapkan pola hidup bersih dan sehat (PHBS).
Untuk memberantas penyakit malaria, pemerintah membuat program yakni
Program pembebasan malaria yang dilakukan berdasarkan Keputusan Menteri nomor
293 tahun 2009 yang dilakukan di seluruh Indonesia secara bertahap dari
2010,2015 dan 2020 sehingga untuk keseluruhan Indonesia ditargetkan bebas
malaria pada 2030. Provinsi Bengkulu menargetkan pada 2020 bebas dari penyakit
malaria yang dapat mengakibatkan kematian di seluruh dunia. Pemberantasan
malaria dilakukan secara bertahap dengan lima kebijakan pemerintah yang baru
untuk menyempurnakan kebijakan pemberantasan malaria sebelumnya.
Kebijakan itu adalah diagnosa malaria yang harus dilakukan sampai ukuran
mikroskopis dengan Rapid Diagnostic Test (RDT), pengobatan dengan metode
Artemisinin Combination Therapy (ACT), pencegahan penularan dengan pembagian
kelambu yang mengandung insektisida bagian dalamnya yang bisa bertahan tiga
sampai lima tahun, kerjasama lintas sektor dengan adanya Gerakan Berantas
Kembali (Gebrak) Malaria serta memperkuat desa siaga dengan pembuatan Pos
Malaria Desa (Posmaldes). RDT merupakan semacam tes darah yang hanya dengan
waktu 15 menit bisa diketahui hasil positif atau negatif malaria. Untuk ACT
biaya pengobatan ditanggung APBN dan diberikan gratis bagi penderita malaria.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari data Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu, diare dan malaria klinis merupakan penyakit terbanyak yang diderita masyarakat Bengkulu. Pada kurun waktu dari Januari 2011 sampai dengan Maret 2011 ditemukan kasus malaria klinis sebanyak 4123 kasus. Provinsi Bengkulu menargetkan pada 2020 bebas dari penyakit malaria yang dapat mengakibatkan kematian di seluruh dunia. Pemberantasan malaria dilakukan secara bertahap dengan lima kebijakan pemerintah yang baru untuk menyempurnakan kebijakan pemberantasan malaria sebelumnya.
B. Saran
Diharapakan Dinas Kesehatan Provinsi Bengkulu Melakukan penyuluhan secara intensif guna memberikan pemahaman kepada masyarakat tentang cara mencegah dan menanggulangi malaria yaitu dengan memasang kasa nyamuk pada ventilasi rumah, menggunakan kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur. Melakukan kegiatan surveilens malaria secara menyeluruh, baik pemantauan parasit dan spesies vektor serta kepadatan vektor malaria.
Bagi masyarakat agar memperbaiki lingkungan dalam rumah seperti pemasangan kasa nyamuk pada ventilasi rumah. Menghindari gigitan nyamuk malaria dengan cara pemakaian kelambu dan menggunakan obat anti nyamuk waktu tidur.
DAFTAR PUSTAKA
- Hasan husein,2007, “Analisis Faktor Risiko Kejadian Malaria di Puskesmas Sukamerindu Kecamatan Sungai Serut Kota Bengkulu Provinsi Bengkulu” http://eprints.undip.ac.id/17530/1/Hasan_Husin.pdf diakses tanggal 7 Mei 2012
- Karimel Sinambela, 2011, “Wabah Malaria Ancam Kota Bengkulu” www.mediaindonesia.com diakses tanggal 6 Mei 2012
- Ministry of health RI, 2011, “Indonesian Health Profile 2010”, Ministry of Health Republic of Indonesia, Jakar
- Mahfudin, 2012, “Diare dan malaria penyakit terbanyak di Bengkulu” www.bengkulu-online.com diakses tanggal 6 Mei 2012
- Didiet Adiputro,2008 “Malaria Masih Menghantui Indonesia”, www.perspektif.net diakses tanggal 6 Mei 2012