Monday, October 15, 2012

Pengobatan dan pencegahan 2.5 Habitat Bakteri Vibrio dan Mekanisme Penularan Penyakit yang Disebabkan Bakteri Vibrio

Vibrio yang dalam keadaan normal ada dalam linkungan pemeliharaan , kemudian berkembang dari sifat yang sapofitik menjadi patogenik jika kondisi lingkungan memungkinkan. Terdapatnya bakteri patogen diperairan pantai menandakan adanya kontak dengan buangan limbah industry dan rumah tangga ,dimana bakteri tersebut secara langsung akan tumbuh dan berkembang bila kondisi perairan memungkinkan bakteri dari spesies vibrio secara langsung akan menimbulkan penyakit (pathogen) yang dapat menyebabkan kematian biota seperti ikan yang akan dikonsumsi manusia sehingga menyebabkan penyakit pada manusia (Feliatra,1999).

2.5 Sifat Patogenitas

Dalam keadaan alamiah, bakteri ini hanya patogen terhadap manusia, tetapi secara eksperimen dapat juga menginfeksi hewan. Hewan laut yang telah terinfeksi Vibrio khususnya Udang, akan mengalami kondisi tubuh lemah, berenang lambat, nafsu makan hilang, badan mempunyai bercak merah-merah (red discoloration) pada pleopod dan abdominal serta pada malam hari terlihat menyala. Udang yang terkena vibriosis akan menunjukkan gejala nekrosis. Serta bagian mulut yang kehitaman adalah kolonisasi bakteri pada esophagus dan mulut.

Vibrio tidak bersifat invasif, yaitu tidak pernah masuk kedalam sirkulasi darah tetapi menetap di usus sehingga dapat menyebabkan gastritis pada manusia. Masa inkubasi bakteri ini antara 6 jam sampai 5 hari. Vibrio menghasilkan enterotoksin yang tidak tahan asam dan panas, musinase, dan eksotoksin. Toksin diserap dipermukaan gangliosida sel epitel dan merangsang hipersekresi air dan klorida sehingga menghambat absorpsi natrium. Akibat kehilangan banyak cairan dan elektrolit, terjadilah kram perut, mual, muntah, dehidrasi, dan shock (turunnya laju aliran darah secara tiba-tiba). Kematian dapat terjadi apabila korban kehilangan cairan dan elektrolit dalam jumlah besar. Penyakit ini disebabkan karena korban mengkonsumsi bakteri hidup, yang kemudian melekat pada usus halus dan menghasilkan toksin. Produksi toksin oleh bakteri yang melekat ini menyebabkan diare berair yang merupakan gejala penyakit ini.

2.6 Resistensi

Antibiotik merupakan suatu senyawa kimia yang sebagian besar dihasilkan oleh mikroorganisme, karakteristiknya tidak seperti enzim, dan merupakan hasil dari metabolisme sekunder. Penggunaan antibiotik yang berlebih pada tubuh manusia dapat menyebabkan resistensi sel mikroba terhadap antibiotik yang digunakan. Resistensi sel mikroba adalah suatu sifat tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik.Sejumlah isolat Vibrio yang diisolasi dari udang ternyata resisten terhadap berbagai macam antibiotik seperti spektinomisin, amoksisilin, kloramfenikol, eritromisin, kanamisin, tetrasiklin, ampisilin, streptomisin, dan rifampisin.

2.7 Pengobatan

· Mengatasi terjadinya dehidrasi dengan pemberian pediatric cholera solution yang banyak mengandung K+ dan HCO3ˉ.

· Pemberian antibiotic tetrasiklin yang dapat mempersingkat masa pemberian cairan atau rehirdrasi. Sedangkan pada Vibrio parahaemolyticus adalah dengan pemberian antibiotika kloramfenikol, kanamisin, tetrasiklin, dan sefalotin.

2.8 Pencegahan
§ Pendidikan kesehatan (health education).
§ Perbaikkan sanitasi khususnya control terhadap vector lalat.
§ Vaksinasi dapat melindungi orang-orang yang kontak langsung dengan penderita. Diadakan perhatian khusus kepada pekerja-pekerja kapal, perenang, dan juru masak seafood karena habitat dari bakteri ini adalah di laut. Pengolahan dan penyimpanan makanan laut harus cermat.(http://laodehabil.wordpress.com/2011/04/17/vibrio-cholerae/


Makalah Ini ada dalam satu blog, namun saya pisahkan karna terlalu panjang ke bawah bila masuk semua.. jk=d silahkan anda mencari 1 per1.. hheheheh.. tugas q yang sangat membuat waktuku terkuras abis...

Kini Muncul Kotak Komentar Buat anda yang ingin mengemontari artikel Analisis Kesehatan. komentar langsung terbit Blog DeFollow...
EmoticonEmoticon