Tuesday, November 24, 2009

Makalah MASA LAKTASI dan PERIODE NIFAS DINI

Masa laktasi adalah suatu tata laksana menyeluruh yang menyangkut laktasi dan penggunaan ASI (air susu ibu), yang menuju suatu keberhasilan menyusui untuk pemeliharaan kesehatan ibu dan bayinya. Managemen laktasi ini harus dipahami oleh tenaga kesehatan agar dapat melaksanakan tugas sebagai promotor penggunaan ASI. 1
PERIODE PRE-NATAL
1. Penyuluhan kepada pasien dan keluarga tentang manfaat menyusui.
2. Adanya dukungan dari pihak keluarga.
3. Adanya dukungan dari petugas kesehatan. 1
4. Pemeriksaan payudara
Sejak kehamilan 6 – 8 minggu terjadi perubahan pada payudara berupa pembesaran payudara, payudara terasa padat, kencang, sakit, tampak pelebaran pembuluh darah di permukaan kulit. Kelenjar Montgomery daerah areola tampak nyata dan menonjol. 2
5. Persiapan payudara dan putting susu
Mengganti BH dengan ukuran yang sesuai.
Latihan gerak otot badan yang berfungsi menopang payudara untuk menunjang produksi ASI dan mempertahankan bentuk payudara setelah selesai masa laktasi.
Menjaga hygiene sehari-hari terutama daerah putting dan areola.
Setiap mandi, puting susu dan areola tidak disabun untuk menghindari keadaan kering dan kaku akibat hilangnya pelumas yang dihasilkan oleh kelenjar Montgomery.
Mengoreksi putting susu yang datar/terbenam agar menyembul ke luar dengan bantuan pompa putting.
Lakukan persiapan putting susu agar lentur dengan mengompres masing-masing putting selama 2 – 3 menit dengan kapas dibasahi minyak. Tarik dan putar putting ke arah luar 20 kali dan ke dalam 20 kali. Pijat daerah areola untuk membuka saluran susu. Bila keluar cairan oleskan ke putting dan sekitarnya. 2
6. Gizi yang bermutu
Kebutuhan tambahan kalori 300 kalori/hari terutama protein.
Pemberian preparat besi dan asam folat.
Tidak melakukan diet untuk menurunkan berat badan.
Cara hidup sehat. 1 
PERIODE NIFAS DINI
1. Ibu dan bayi harus siap menyusui.
2. Segera menyusu setelah bayi lahir.
3. Tekhnik menyusui yang benar.
4. Menyusui harus sering, berdasarkan kebutuhan, sebaiknya tidak usah pakai jadwal.
5. Tidak memberikan susu formula.
6. Tidak memakai putting buatan atau pelindung.
7. Pergunakan kedua payudara, mulai menyusui dengan putting yang berganti-gantian.
8. Perawatan payudara
Membersihkan putting susu sebelum dan sesudah menyusui dengan air.
Setelah menyusui payudara dikeringkan.
Memakai BH yang memadai.
9. Memelihara psikis dan fisik.
10. Makan makanan yang bermutu
Ekstra 500 kalori/hari
Kalsium 1.200 mg/hari
Minum yang banyak
Vitamin
Tidak ada pembatasan makanan
Penurunan berat badan jangan lebih dari 500 gram/minggu
11. Istirahat yang cukup. 1
PERIODE NIFAS LANJUT
1. Sangat ideal bila dalam 7 hari setelah pulang dari rumah sakit, si ibu dihubungi atau dikunjungi untuk melihat perkembangan atau situasi rumahnya, persoalan biasanya timbul pada minggu pertama.
2. Adanya sarana pelayanan atau konsultasi bila secara mendadak si ibu mendapat persoalan dengan laktasi dan menyusui.
3. Adanya keluarga atau teman yang membantu di rumah. 1
POSISI SAAT MENYUSUI
Posisi ibu/bayi yang benar saat menyusui dapat dicapai bila bayi menyusui dengan tubuh yang menempel betul pada ibu. Mulut bayi membuka lebar, sebagian areola tertutup. Mulut dan dagu menempel betul pada payudara. ASI dihisap pelan-pelan dan kuat. Putting susu ibu tidak terasa sakit dan putting dan lengan bayi berada pada satu garis lurus. 1,2
PENILAIAN KECUKUPAN ASI
Penilaian kecukupan ASI dari sejak lahir sampai dengan usia 4 – 6 bulan adalah:
1. Beart badan dan tinggi badan sesuai dengan kurve pertumbuhan.
2. Bayi banyak mengompol, sampai 6 kali atau lebih dalam sehari. Tiap menyusui dengan kuat, kemudian melemah dan tertidur. 2
3. Bayi sering buang air besar berwarna kuning berbiji.
4. Bayi setidaknya menyusui 10 – 12 kali/hari
5. Payudara ibu terasa lembut dan kosong setiap selesai menyusui.
6. Bayi tampak puas, sewaktu merasa lapar, bangun dan tidur cukup. 3
REFLEKS DALAM LAKTASI
1. Pada ibu:
Refleks prolaktin
Sewaktu menyusui rangsangan dari saraf sensorik putting dikirim ke hypothalamus yang memacu keluarnya prolaktin yang kemudian merangsang sel kelenjar memproduksi ASI.
Let down refleks
Keluar ASI karena kontrol mioepitel sekeliling duktus laktiferus dengan pengaruh oksitosin. Melalui refleks ini terjadi kontraksi rahim membantu lepasnya plasenta dan mengurangi perdarahan. 2
2. Pada Bayi
Rooting Refleks, bila bibirnya dirangsang akan membuka mulut dan berusaha mencari putting untuk menyusu.
Refleks menghisap, bila ada sesuatu yang merangsang langit-langitnya.
Refleks menelan, timbul bila ada cairan di rongga mulut. 2
MASALAH DALAM LAKTASI
1. Pembendungan Air Susu
Selama 24 – 48 jam pertama sesudah melihatnya sekresi laktal, payudara mengalami distensi, menjadi keras berbenjol-benjol. Keadaan ini dikenal sebagai pembendungan air susu atau caked breast, sering menyebabkan rasa nyeri cukup hebat dan bisa disertai kenaikan suhu sepintas. Kelainan tersebut menyebabkan aliran darah pada vena normal yang berlebihan dan penggembungan limfatik dalam payudara, yang merupakan precursor regular untuk terjadinya laktasi. 4
Bila tidak dikeluarkan, ASI menumpuk dalam payudara sehingga areola menjadi lebih menonjol, putting lebih datar dan sukar diisap bayi. Kulit payudara nampak lebih merah, ibu demam dan payudara terasa nyeri sekali. 2
Tindakan memompa air susu atau memerahnya secara manual mungkin diperlukan untuk pertama kalinya, namun dalam beberapa hari kemudian ini biasanya mereda dan bayi sudah dapat menetek kembali secara normal.
2. Mastitis
Mastitis adalah suatu peradangan pada payudara yang disebabkan Staphylococcus aureus melalui luka putting susu, atau peredaran darah. 5 Timbul reaksi sistemik seperti demam, terjadi 1 – 3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan air susu. Payudara menjadi mengeras kemerahan, pasien mengeluhkan rasa nyeri. 2,4,5
Biasanya mastitis yang tidak segera diobati akan menyebabkan abses payudara yang bisa pecah ke permukaan kulit dan menimbulkan borok yang besar. Keluhannya adalah payudara membesar, keras dan nyeri, kulit memerah dan membisul. 5
Profilaksis dengan mengadakan pemeriksaan antenatal care dan perawatan putting susu selama kehamilan. 5

Penanganan

  1. Bila terjadi mastitis, penyusuan bayi dihentikan.
  2. Antibiotika penisilin dosis tinggi, sambil menunggu uji kepekaan air susu.
  3. Kompres dan pengurutan ringan dan penyokong payudara.
  4. Bila terjadi abses lakukanlah insisi radial sejajar dengan jalannya ductus lactiferous. 5
3. Air Susu Ibu Kurang
Hal ini paling penting dalam menilai kecukupan bayi terhadap ASI adalah kenaikan berat badan bayi. Bila gizi ibu cukup, cara menyusui benar, percaya diri akan kemauan dan kemampuan menyusui bayinya, serta tidak memiliki kelainan payudara, pada 4 – 6 bulan pertama usia bayi akan terjadi kenaikan berat badan yang baik. 2
4. Bayi Bingung Puting
Terjadi karena bayi diberi susu formula dalam botol bergantian dengan menyusui pada ibu. Mekanisme menyusu dan minum dari botol sangat berlainan. Bayi yang minum susu botol tidak perlu berusaha keras karena air susu dapat keluar tanpa diisap. Oleh karena itu, bayi terbiasa minum susu botol enggan menyusu dari ibunya.
Untuk mencegah bayi bingung putting, usahakan bayi hanya menyusu ibu dengan cara menyusui yang benar, lebih sering dan lama, sesuai keinginan bayi. Ibu perlu lebih sabar dan telaten waktu menyusui dan melakukan perawatan pasca persalinan. 2
DAFTAR PUSTAKA
1. Prawirohardjo S. Managemen Laktasi Rawat Gabung. Buku Catatan Kuliah Obstetri. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1997; 264-68.
2. Managemen Laktasi. Kapita Selekta. Jilid I. Edisi II. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 1998; 324-25.
3. Safuddin AB. Managemen Laktasi. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka – Sarwono Prawirohardjo. Jakarta; N39.
4. Prichard, Mac Donald. Masalah dalam Periode Masa Nifas. Williams Obstetri. Edisi ke-17. Airlangga University Press. Surabaya. 1991; 565-70.
5. Mochtar RR. Periode Masa Nifas. Sinopsis Obstetri. Jilid I. Edisi II. EGC. Jakarta; 422-25.