Monday, March 11, 2013

makalah Pengaruh Penatalaksanaan IMD Terhadap Waktu Pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD




Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan salah satu indikator penting dalam menentukan tingkat kesehatan masyarakat. Di negara berkembang, saat melahirkan dan minggu pertama setelah melahirkan merupakan periode kritis bagi ibu dan bayinya. Sekitar dua per tiga kematian terjadi pada masa neonatal, dua per tiga kematian neonatal tersebut terjadi pada minggu pertama, dan dua per tiga kematian bayi pada minggu pertama tersebut terjadi pada hari pertama. Sedangkan di Indonesia, AKB mencapai 48 per 1000 kelahiran hidup pada tahun 2005 (Aprillia, 2009; 1).


Banyak tindakan yang relatif murah dan mudah diterapkan untuk meningkatkan kesehatan dan kelangsungan hidup bayi baru lahir. Salah satunya adalah pemberian Air Susu Ibu (ASI) segera setelah lahir atau biasa disebut inisiasi menyusui dini serta pemberian ASI Eksklusif. Hal ini didukung oleh pernyataan United Nations Childrens Fund (UNICEF), bahwa sebanyak 30.000 kematian bayi di Indonesia dan 10 juta kematian anak balita di dunia pada tiap tahunnya, bisa dicegah melalui pemberian ASI secara eksklusif selama enam bulan sejak tanggal kelahirannya, tanpa harus memberikan makanan serta minuman tambahan kepada bayi (Aprillia, 2009; 1).

Inisiasi Menyusui Dini (IMD) adalah proses bayi menyusu segera setelah dilahirkan, dimana bayi dibiarkan mencari puting susu ibunya sendiri (tidak disodorkan ke puting susu). Pemerintah Indonesia mendukung kebijakan WHO dan UNICEF yang merekomendasikan IMD sebagai tindakan penyelamatan kehidupan, karena IMD dapat menyelamatkan 22% dari bayi yang meninggal sebelum usia satu bulan (Admin, 2010).

Faktanya dalam satu tahun, empat juta bayi berusia 28 hari meninggal. Jika semua bayi di dunia segera setelah lahir diberi kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak kulit ibu ke kulit bayi setidaknya selama satu tahun maka satu juta nyawa bayi ini dapat diselamatkan (Roesli, 2008; 9).


Berdasarkan hasil penelitian Sose, dkk CIBA fundation (1987) dalam Roesli, U (2010; 6) yaitu bayi yang diberi kesempatan menyusu dini dengan meletakkan bayi dengan kontak kulit ke kulit setidaknya satu jam, hasilnya dua kali lebih lama disusui. Pada usia enam bulan dan setahun, bayi yang diberi kesempatan untuk meyusu dini, hasilnya 59% dan 38% yang masih disusui. Bayi yang tidak diberi kesempatan menyusu dini tinggal 29% dan 8% yang masih disusui di usia yang sama (Roesli, 2008; 9).

Lidwina (2007), menyebutkan bahwa di Indonesia hanya 8% ibu memberi ASI eksklusif kepada bayinya sampai berumur enam bulan dan hanya 4% bayi disusui ibunya dalam waktu satu jam pertama setelah kelahirannya. Padahal, ditegaskan oleh dr Utami bahwa sekitar 21.000 kematian bayi baru lahir (usia di bawah 28 hari) di Indonesia dapat dicegah melalui pemberian ASI pada satu jam pertama setelah lahir.

Setelah dilakukan studi pendahuluan di RSUD. pada tanggal 17 Februari didapatkan bahwa jumlah ibu yang melahirkan secara normal pada tahun 2007 sebanyak 1.218 orang, tahun 2008 sebanyak 1.227 orang, tahun 2009 sebanyak 1258 orang, tahun 2010 sebanyak 1263 orang sedangkan pada tahun (01 Januari-2 Februari) sebanyak 107 ibu bersalin dan yang dilakukan IMD terdapat 55 orang (51,4%).

Berdasarkan hasil wawancara terhadap Kepala Ruang Bersalin (Ny. Y.P) di RSUD. bahwa IMD mulai disosialisasikan sejak tahun 2007 hingga sekarang. Akan tetapi masih terdapat pula ibu-ibu yang tidak mau dilakukan IMD tersebut dengan berbagai alasan misalnya, bayi akan kedinginan, ibu merasa kelelahan, dan ASI yang di keluarkan merupakan ASI yang tidak baik untuk bayi. Untuk menambah pengetahuan ibu tentang pentingnya IMD pada proses persalinan dan menyusui, bidan berupaya dengan cara memberi penyuluhan kesehatan kepada ibu tentang pentingnya IMD.

Sesuai dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap beberapa orang ibu postpartum (Ny. A, Ny. M, Ny. V.L, Ny. N.R) yang dilakukan IMD, didapatkan bahwa mereka mengatakan dapat menyusui pada hari pertama, namun masih ada juga ibu yang mengatakan kalau mereka harus dilakukan rangsangan atau perawatan payudara terlebih dahulu setelah itu ASI baru dapat keluar.

Berdasarkan uraian permasalahan di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Waktu Pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. ”.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah ada Pengaruh Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini Terhadap Waktu Pengeluaran ASI pada Ibu Postpartum di RSUD. ?

3. Tujuan Penelitian


a. Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui adanya Pengaruh Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terhadap Waktu Pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. .

b. Tujuan Khusus

1) Mengidentifikasi penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini pada Ibu postpartum di RSUD. .

2) Mengidentifikasi waktu pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. .

3) Mengidentifikasi tentang pengaruh penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini terhadap waktu pengeluaran ASI pada Ibu postpartum di RSUD. .




4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk :

a. Manfaat Teoritis

Memberikan pengalaman bagi peneliti dalam pelaksanaan penelitian mulai dari pengolahan sampai hasil penelitian dan dapat dijadikan bahan acuan bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada judul penelitian ini.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi petugas kesehatan khususnya tenaga bidan

Dapat melaksanakan secara tepat penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini segera setelah bayi lahir agar kegagalan menyusui pada bayi dapat berkurang dan suplai ASI ibu tetap terjaga.

2) Bagi Masyarakat

Memberikan masukan kepada masyarakat khususnya ibu hamil tentang pentingnya IMD yang dapat membantu dalam keberlangsungan pemberian ASI Ekslusif (ASI saja) sehingga bayi akan terpenuhi kebutuhannya selama 2 tahun dan dapat mencegah bayi kurang gizi.

5. Keaslian Penelitian

Sepengetahuan peneliti terdapat judul penelitian yang mirip yaitu:

a. Lalu M., 2009, “Hubungan Tingkat Pendidikan Ibu dengan Penatalaksanaan Inisiasi Menyusui Dini di BLUD RSU Dr. M. M. Dunda”.

Jenis Penelitian : Deskriptif korelasi dengan pendekatan evaluasi.

Populasi : Ibu yang dilakukan IMD sebanyak 13 orang.

Tehnik Sampling : Total sampling

Variabel : 1. Bebas : Tingkat Pendidikan Ibu.

2. Terikat: Penatalaksanaan Insiasi Menyusui Dini.

Hasil : Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di BLUD. RSU. Dr. M. M. Dunda Limboto diperoleh hasil penelitian dari 13 responden terdapat 9 orang ibu melahirkan yang tingkat pendidikan baik (69,23%) dan 4 orang ibu yang memiliki tingkat pendidikan yang tidak baik (30,77%) sedangkan yang melakukan seluruh tahapan penatalaksanaan IMD ada 7 orang ibu dari 13 responden yang ada (53,85%) dan yang tidak melakukan seluruh tahapan penatalaksanaan IMD ada 6 orang (46,15%). Dari perhitungannya dapat diketahui bahwa nilai X2 tabel (6,71 > 3,84).

Kesimpulan : Adanya hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan penatalaksanaan inisiasi menyusui dini.

Kini Muncul Kotak Komentar Buat anda yang ingin mengemontari artikel Analisis Kesehatan. komentar langsung terbit Blog DeFollow...
EmoticonEmoticon