Tuesday, November 27, 2012

Makalah Ekonomi Mikro | Perilaku Produsen

BAB I
PENDAHULUAN
 A.   Latar Belakang
Ekonomi  adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam memilih dan menciptakan kemakmuran. Inti masalah ekonomi adalah adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia yang tidak terbatas dengan alat pemuas kebutuhan yang jumlahnya terbatas. Atau dengan kata lain, problema dasar dari Ekonomi adalah bagaimana menggunakan semua sumber daya yang terbatas, untuk selanjutnya dapat memenuhi kebutuhan masyarakat sebaik-baiknya. Permasalahan itu kemudian menyebabkan kelangkaan, juga menyebabkan beberapa perilaku yang berasal dari produsen dan konsumen.
Secara umum, subyek dalam ekonomi dapat dibagi dalam dua besaran, yaitu mikro ekonomi  dan  makro ekonomi. Ilmu Ekonomi Makro adalah ilmu yang mempelajari Ekonomi dalam tatarannya terhadap Kebijakan Pemerintah, inflasi dan deflasi, tingkat pengangguran, dan seterusnya.  Sementara ilmu ekonomi mikro mempelajari variabel-variabel ekonomi dalam lingkup kecil misalnya perusahaan, rumah tangga.
Dalam ekonomi mikro ini dipelajari tentang bagaimana individu menggunakan sumber daya yang dimilikinya sehingga tercapai tingkat kepuasan yang optimum. Secara teori, tiap individu yang melakukan kombinasi konsumsi atau produksi yang optimum bersama dengan individu-individu lain akan menciptakan keseimbangan dalam skala makro dengan asumsi ceteris paribus.
Salah satu bagian dari pembahasan mikro ekonomi adalah mempermasalahkan kemampuan produsen, pada saat menggunakan sumber daya (input) yang ada untuk menghasilkan atau menyediakan produk yang bernilai maksimal bagi konsumennya.
Pembahasan tentang perilaku produsen inilah yang kemudian diangkat sebagai tema untuk melihat sejauh mana sebuah perusahaan dalam memproduksi kebutuhan konsumen-konsumennya. Sehingga kendala pada pengambilan keputusan seberapa banyak peralatan produksi dan jumlah tenaga kerja untuk memenuhi permintaan konsumen-konsumennya.
Dengan pendekatan Ekonomi Mikro, terutama yang menyangkut perilaku produsen, khususnya suatu hukum yang disebut “the law of diminishing of returns” serta produksi optimal, diharapkan dapat dicapai kesimpulan mengenai berapa tingkat penggunaan sumberdaya atau input sehingga mampu menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
 B.   Batasan Masalah
Pada penulisan makalah ini, Penulis hanya akan membahas mengenai bagaimana perilaku produsen dengan melihat bagaimana fungsi produksi baik dengan menggunakan faktor satu variabel maupun dengan dua variabel?
 C.   Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini ditujukan untuk mencapai keputusan yang harus di ambil oleh sebuah perusahaan, berapa tingkat penggunaan input sehingga menghasilkan keuntungan maksimal bagi perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
 A.   Fungsi Produksi
Dalam teori ekonomi, setiap proses produksi mempunyai landasan teknis yang disebut fungsi produksi. Fungsi produksi adalah suatu fungsi atau persamaan yang menunjukkan hubungan fisik atau teknis antara jumlah faktor-faktor produksi yang dipergunakan dengan jumlah produk yang dihasilkan per satuan waktu, tanpa memperhatikan harga-harga, baik harga faktor-faktor produksi maupun harga produk. Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan:
Y = f (X1, X2, X3, ……….., Xn) ;
dimana :
Y                         : Tingkat produksi (output) yang dihasilkan
X1, X2, X3, ……, Xn      : Berbagai faktor produksi (input) yang digunakan.
Fungsi ini masih bersifat umum, karena hanya mampu menjelaskan bahwa produk yang dihasilkan tergantung dari faktor-faktor produksi yang dipergunakan, tetapi belum bisa memberikan penjelasan kuantitatif mengenai hubungan antara produk dan faktor-faktor produksi tersebut.
Untuk dapat memberikan penjelasan kuantitatif, fungsi produksi tersebut harus dinyatakan dalam bentuknya yang spesifik, seperti misalnya:
a) Y = a + bX (fungsi linier)
b) Y = a + bX – cX2 (fungsi kuadratis)
c) Y = aX1 bX2 cX3 d (fungsi Cobb-Douglas), dan lain-lain.
Dalam teori ekonomi, sifat fungsi produksi diasumsikan tunduk pada suatu hukum yang disebut : “The Law of Diminishing Returns”  (Hukum Kenaikan Hasil Berkurang). Hukum ini menyatakan bahwa apabila penggunaan satu macam input ditambah sedang input-input yang lain tetap maka tambahan output yang dihasilkan dari setiap tambahan satu unit input yang ditambahkan tadi mula-mula naik, tetapi kemudian seterusnya menurun jika input tersebut terus ditambahkan.
Di bawah ini diberikan satu misal dengan angka-angka hipotetis untuk menunjukkan sifat fungsi produksi seperti yang dinyatakan dalam “The Law of Diminishing Returns”.
Tabel  1.
Hubungan antara faktor produksi dan produk dengan bentuk
kombinasi increasing returns dan decreasing returns
Faktor Produksi
(X)
(satuan)
Tambahan
Faktor Produksi
(satuan)
Produk
(Y)
(satuan)
Produk Marginal
(satuan)
Produk
Rata-rata
(satuan)
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
1
1
1
1
1
1
1
1
1
20
50
90
140
180
210
232
240
238
234
30
40
50
40
30
22
8
-2
-4
20
25
30
35
36
35
33
30
26
23
 Dari Tabel di atas terlihat, bahwa setiap penambahan faktor produksi satu satuan, mula-mula  terdapat  tambahan  produk  (kenaikan  hasil)  bertambah  (30,  40  dan  50  satuan), kemudian diikuti oleh  tambahan produk (kenaikan hasil) berkurang (50, 40, 30, 22, 8, -2 dan –4).  Jika hubungan antara produk total (PT), produk marginal (PM) dan produk rata-rata (PR)  pada tabel diatas digambarkan dalam grafik, maka diperoleh  grafik seperti berikut :
 Grafik 1.
Hubungan antara KPT, KPM, KPR

Hubungan produk dan faktor produksi  yang  digambarkan di atas mempunyai lima sifat yang  perlu diperhatikan, yaitu :
  1. Mula-mula  terdapat  kenaikan  hasil  bertambah  (garis  OB),  di  mana  produk  marginal semakin besar; produk rata-rata naik tetapi di bawah  produk marginal.
  2. Pada  titik  balik  (inflection  point)  B  terjadi  perubahan  dari  kenaikan  hasil  bertambah menjadi kenaikan hasil berkurang, di mana produk marginal mencapai maksimum (titik B); produk rata-rata masih terus naik.
  3. Setelah  titik B,  terdapat kenaikan hasil berkurang (garis BM), di mana produk marginal menurun; produk rata-rata masih naik sebentar kemudian mencapai maksimum pada titik C, di mana pada titik ini produk rata-rata sama dengan produk marginal. Setelah titik C produk rata-rata menurun tetapi berada di atas produk marginal.
  4. Pada  titik  M  tercapai  tingkat  produksi  maksimum,  di  mana  produk  marginal sama dengan nol; produk rata-rata menurun tetapi tetap positif.
  5. Sesudah titik M, mengalami kenaikan hasil negatif, di mana produk marginal juga negatif ; produk rata-rata tetap positif.
Dari  sifat-sifat  tersebut dapat disimpulkan bahwa  tahapan produksi  seperti yang dinyatakan  dalam “The Law of Diminishing Returns” dapat dibagi ke dalam tiga tahap, yaitu :
  1. Produksi total dengan increasing returns,
  2. Produksi total dengan decreasing returns, dan
  3. Produksi total yang semakin menurun.
Disamping  analisis  tabulasi  dan  analisis  grafis mengenai  hubungan  antara  produk  total, produk  rata-rata,  dan  produk marginal  dari  suatu  proses  produksi  seperti  diatas,  dapat  pula  digunakan analisis matematis. Sebagai contoh, misalnya dipunyai fungsi produksi :   Y = 12  X2 – 0,2 X3, dimana Y = produk dan X = faktor produksi.
B.   Fungsi Produksi Dengan Satu Faktor Produksi Variabel
Fungsi  produksi  dengan  satu  faktor  produksi  adalah  hubungan  antara tingkat produksi    dengan  satu  macam  faktor  produksi  yang  digunakan,  sedangkan  faktor-faktor produksi  yang  lain  dianggap  penggunaannya  tetap  pada  tingkat  tertentu  (ceteris  paribus).  Secara matematis fungsi produksi tersebut dapat dinyatakan :
Y = f (X1/ X2,  X3, ….., Xn)
Fungsi  ini  dibaca  : 
Produk  Y  adalah  fungsi  dari  faktor  produksi  X1,  jika  faktor-faktor produksi X2, X3, ……, Xn ditetapkan penggunaannya pada suatu  tingkat  tertentu. Jadi, satu-satunya faktor produksi yang dapat diubah jumlah penggunaannya adalah faktor produksi X1.
 Di  dalam  mempelajari  fungsi  produksi  terdapat  tiga  ukuran  penting  yang  perlu diperhatikan,  yaitu  (1)  Produk  Total  (PT),  (2)  Produk  Rata-Rata  (PR),  dan  (3)  Produk Marjinal  (PM).    Produk Total  adalah  tingkat  produksi  total  ( = Y  ,  dalam  fungsi  produksi diatas).  Produk  Rata-Rata  adalah  hasil  rata-rata  per  unit  input  variabel  (  =  Y/X).  Produk Marjinal  adalah  tambahan  output  yang  dihasilkan  dari  tambahan  satu  unit  input  variabel  (∂Y/∂X atau ∆Y  /∆X).   Untuk menganalisis  fungsi produksi  tersebut perlu dipahami kurve-kurve yang berkaitan dengan ketiga ukuran di atas, yaitu :
  1. Kurve Produk Total  (KPT)  atau Total Physical Product Curve  (TPP)  yaitu  kurve  yang menunjukkan  tingkat  produksi  total  (=Y)  pada  berbagai  tingkat  penggunaan  input variabel.
  2. Kurve Produk Rata-Rata (KPR) atau Average Physical Product Curve (APP), yaitu kurve yang  menunjukkan  hasil  rata-rata  per  unit  input  variabel  pada  berbagai  tingkat penggunaan input tersebut.
  3. Kurve  Produk Marginal  (KPM)  atau  Marginal  Physical  Product  Curve  (MPP),  yaitu kurve  yang  menunjukkan  tambahan  output  (Y)  yang  disebabkan  oleh  penggunaan tambahan satu unit input variabel.
 Efisiensi dan Produksi Optimum
Konsep  efisiensi  dapat  dipandang  dari  dua  aspek,  yaitu  dari  aspek  teknis  dan  dari aspek  ekonomis.    Konsep  efisiensi  dari  aspek  teknis  dinamakan  konsep  efisiensi  teknis.  Efisiensi  teknis   maksimum dicapai pada  saat dicapai produk  rata-rata maksimum. Tingkat pemakaian  faktor  produksi  yang  menghasilkan  produk  rata-rata  maksimum,  secara  teknis dipandang  sebagai  tingkat  produksi  optimum.  Untuk  menentukan  tingkat  efisiensi    dan produksi optimum secara teknis ini cukup dengan diketahuinya fungsi produksi.
 Konsep  efisiensi  dari  aspek  ekonomis  dinamakan  konsep  efisiensi  ekonomis  atau efisiensi  harga.  Dalam  teori  ekonomi  produksi,  pada  umumnya menggunakan  konsep  ini.  Dipandang  dari  konsep  efisiensi  ekonomis,  pemakaian  faktor  produksi  dikatakan  efisien apabila  ia dapat menghasilkan keuntungan maksimum. Untuk menentukan  tingkat produksi optimum menurut konsep efisiensi ekonomis,  tidak cukup hanya dengan mengetahui  fungsi produksi. Ada syarat lagi yang harus diketahui, yaitu rasio harga harga input-output.
Secara matematis, syarat tersebut adalah sebagai berikut, keuntungan (Ï€) dapat ditulis :
Ï€ = PY.Y – P.X,
di mana :
Y = jumlah produk;
P  = harga produk;
X = faktor produksi;
P  = harga faktor produksi.
Agar supaya Ï€ mencapai maksimum maka  turunan pertama fungsi  tersebut harus sama dengan nol atau dapat ditulis sebagai berikut:
 atau  ; atau NPM = PX   atau
Dimana NPM adalah nilai produk marginal, dan DY/DX adalah produk marginal
Jadi  jelaslah  bahwa  untuk  menentukan  tingkat  produksi  optimum  menurut  konsep efisiensi ekonomis diperlukan dua syarat , yaitu:
  1. Syarat  keharusan  (necessary  condition)  :  hubungan  teknis  antara  produk  dan  faktor produksi atau fungsi produksi;
  2. Syarat  kecukupan  (sufficiency  condition)  :  nilai  produk marginal  dari  faktor  produksi yang dipakai harus sama dengan harga satuan faktor produksi itu.
 C.   Fungsi Produksi Dengan Dua Faktor Produksi Variabel
Dalam analisis ini dimisalkan hanya ada dua faktor produksi yang dapat diubah-ubah penggunaannya  di  dalam  proses  produksi.  Dimisalkan  pula  bahwa  kedua  faktor  produksi tersebut dapat saling menggantikan. Misalnya, faktor produksi X1 dapat menggantikan faktor produksi X2, demikian pula sebaliknya X2 dapat menggantikan X1. Masalah yang dihadapi produsen  atau  pengusaha  dalam  kasus  ini  adalah  kombinasi  mana  dari  penggunaan  dua faktor  produksi  itu  yang  memerlukan  biaya  terrendah  untuk  menghasilkan  suatu  jumlah produk tertentu (least cost combination).
Untuk menjawab masalah  tersebut perlu pemahaman beberapa konsep,
-  Isoquant atau isoproduct atau kurve produksi sama;
-  Daya substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS);  dan
-  Isocost atau price line atau garis harga.
 1.   Isoquant / Isoproduct / Kurve Produksi Sama;
Isoquant adalah kurve yang menunjukkan berbagai kemungkinan kombinasi dua input variabel untuk menghasilkan tingkat output tertentu.  Dalam  tabel  berikut, disajikan  contoh  kemungkinan  kombinasi  penggunaan  input X1 dan X2 untuk menghasilkan 100 unit output (Y) dan 150 unit output (Y).
Tabel  2.
Kemungkinan  kombinasi X1 dan X2 untuk menghasilkan  100  unit  output dan 150 unit output
Kombinasi
100 unit output
(Y = 100)
150 unit output
(Y = 150)
X1
X2
X1
X2
1
10
44,0
10
75
2
20
27,0
20
42
3
30
17,0
30
30
4
40
12,0
40
24
5
50
8,6
50
20
6
60
7,2
60
18
7
70
6,0
70
17
8
80
6,0
80
18
9
90
7,0
90
20
 Dari tabel di atas dapat digambarkan dua isoquant untuk dua output, yaitu  untuk 100 unit dan 150 unit.  Isoquant mempunyai  sifat-sifat  yang  serupa dengan  Indifference Curves.  Cembung kearah origin, menurun dari kiri atas ke kanan bawah, kurve yang terletak lebih kanan atas menunjukkan tingkat output yang lebih tinggi, seperti yang ditunjukkan pada grafik di bawah ini :
Grafik 2
Isoquant untuk output 100 dan 150 unit

Isoquant bisa  juga didapatkan dari fungsi produksi. Misalnya kita mempunyai fungsi produksi Y = 2X1 + 4X2. Dari fungsi ini kita ingin mendapatkan isoquant untuk output (Y) = 100  unit.    Fungsi  tersebut menjadi  :  100  =  2  X1  +  4  X2;      kemudian  diselesaikan  untuk berbagai tingkat X1 dan X2 sebagai berikut:
2 X1 = 100 – 4 X2 ;  X1 = 50 – 2 X2.
Dari persamaan ini bisa diperoleh berbagai nilai X1 dan X2 seperti pada tabel berikut.
Y = 100
X1
48
46
44
Dst
X2
1
2
3
Dst
 Data pada tabel tersebut dapat digambarkan ke dalam kurve isoquantnya.  Dengan cara yang sama dapat dibuat isoquant untuk Y = 150 ; 200;   dan seterusnya.
2.   Daya substitusi marginal atau marginal rate of technical substitution (MRTS); 
Di atas  telah dikemukakan bahwa   kedua  faktor produksi X1 dan X2 dianggap dapat saling  menggantikan  atau  mensubstitusikan.  Kemampuan  mensubstitusi  itu  disebut  daya substitusi marginal (marginal rate of  technical substitution).   Daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 (MRTSX1X2) didefinisikan sebagai jumlah penggunaan X2 yang harus dikurangi apabila terdapat penambahan penggunaan satu unit X1 untuk menghasilkan sejumlah produk tertentu.
Tabel 3 berikut ini adalah contoh mencari MRTSX1X2 dari data yang telah ditabulasi pada tabel 2.
Tabel 3.
MRTSX1Xdari tabel 2 untuk output 150
Kombinasi
X1
Tambahan X1
(DX1)
X2
Pengurangan  X2 (-DX2)
MRTSX1X2
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
20
30
40
50
60
70
80
90
10
10
10
10
10
10
10
10
75
42
30
24
20
18
17
18
20
- 33
- 12
-  6
-  4
-  2
-  1
+ 1
+ 2
- 3,3
- 1,2
- 0,6
- 0,4
- 0,2
- 0,1
Tidak ada
Tidak ada
 MRTSX1X2  dapat  dicari  juga  dari  fungsi  produksi.  Misalnya  dipunyai  fungsi  produksi  Y= f (X1, X2) , maka kita dapat menemukan MRTSX1X2 sebagai berikut:
Dapat dikatakan pula bahwa MRTS adalah slope (sudut kemiringan) dari isoquant.
3.   Isocost atau price line atau garis harga.
  Untuk  memaksimumkan  keuntungan,  perusahaan  harus  meminimumkan  biaya produksi. Untuk analisis  meminimumkan biaya produksi perlu dibuat  garis biaya sama atau garis harga  atau isocost.   Garis harga adalah garis yang menunjukkan berbagai kemungkinan  kombinasi dua macam faktor produksi (misal  : X1 dan X2) yang dapat diperoleh dari sejumlah modal  tertentu  ( misal  : M).   Untuk membuat  garis  harga  ini  diperlukan  data  (a) harga faktor-faktor produksi yang dipergunakan, dan (2)  sejumlah modal yang tersedia untuk membeli faktor-faktor produksi yang dipergunakan.
Jika tersedia modal sebanyak M dan harga X1 adalah P1 dan harga X2 adalah P2 maka persamaan garis harga dapat dicari sebagai berikut:
M = P1X1 + P2X2 ;
 Persamaan garis harga tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :
 Grafik 3
Garis harga
 
Kombinasi Dua Input Dengan Biaya Terendah (Least Cost Combination)  
Persoalan  least  cost  combination  adalah  menentukan  kombinasi  input  mana  yang memerlukan biaya  terendah apabila  jumlah produksi yang  ingin dihasilkan  telah ditentukan. Dalam hal ini pengusaha masih dapat menghemat biaya untuk menghasilkan produk tertentu selama nilai  input  yang  digantikan  atau disubstitusi masih  lebih besar dari nilai  input  yang menggantikan  atau  yang mensubstitusi.    Jadi,  selama     DX2.P2 > DX1.P1 maka  penggantian DX2 oleh  DX1 masih menguntungkan. Biaya sudah mencapai minimum apabila  DX2 . P2 = DX1.P1   atau DX2 / DX1 = P1/P2 atau  MRTSX1X2  = P1/P2.
Dengan  demikian  untuk  menentukan  kombinasi  dua  input  dengan  biaya  terendah diperlukan dua syarat :
  1. isoquant  untuk  tingkat  output  yang  dikehendaki  dan  daya  substitusi  marginal  antara  kedua input harus diketahui (syarat keharusan), dan
  2. daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 ( MRTSX1X2) harus sama dengan    rasio harga X1 dan harga X2 (syarat kecukupan) atau   MRTSX1X2 = P1/P2 atau PMX1/PMX2   = P1/P2  atau PMX1/P1 = PMX2/P2.
Jika diambil contoh kasus pada  tabel 5.5 dan  jika   harga X1 = Rp.200,- dan harga X2 = Rp. 1.000,- perunit   maka  least cost combination adalah pada penggunaan X1 antara 50 dan 60 dan X2 antara 20 dan 18 unit.  Pada kombinasi ini  P1/P2 (Rp.200/Rp.1000)  =   DX2/ DX1 (0,2).  Pada kondisi demikian perusahaan akan menghasilkan keuntungan maksimum.
Dalil  least  cost  combination  ini  ternyata  berhubungan  erat  dengan  dalil  produksi optimum (dalil keuntungan). Hubungannya adalah sebagai berikut :
Least cost combination   bila sisi kiri  persamaan ini di kalikan dengan           persamaan tersebut tidak mengalami perubahan nilai.
 
atau
 
 Persamaan ini merupakan persamaan dalil least cost combination.  Seperti telah dijelaskan di muka bahwa dalil produksi optimum atau dikenal dengan dalil keuntungan adalah :
 
Dengan  demikian  dalil  least  cost  combination  merupakan  sisi  kiri  dari  persamaan  dalil keuntungan.
Persoalan least cost combination dapat pula diselesaikan dengan menggunakan grafik.  Kombinasi input dengan biaya terendah  ini secara grafis dapat digambarkan sebagai berikut :
Grafik 4
Grafik Least Cost Combination
 
Titik  singgung  P  antara  isocost  dan  isoquant merupakan  titik  kombinasi  optimum,  karena pada titik itu terpenuhi syarat kecukupan, yaitu dimana daya substitusi marginal dari X1 untuk X2 sama dengan perbandingan harga-harga  X1 dan X2.
BAB III
PENUTUP
 Untuk mencapai tujuan perusahaan sebagai produsen, dalam melakukan proses produksi,  harus menentukan dua macam keputusan : 1) berapa output yang harus diproduksikan, dan 2) berapa dan dalam kombinasi bagaimana faktor-faktor produksi (input) dipergunakan. Kemudian untuk menyederhanakan pembahasan secara teoritis, dalam menentukan keputusan tersebut, maka  digunakan dua asumsi dasar : 1) bahwa produsen selalu berusaha mencapai keuntungan yang maksimum, dan 2) bahwa produsen beroperasi dalam pasar persaingan sempurna.
Dalam proses tersebut, mikro ekonomi memberikan beberapa konsep yang penting, antara lain :
-       Fungsi produksi
-       Law of diminishing returns
-       Least cost combination
DAFTAR PUSTAKA
Boediono. 2002. Seri Sinopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 1 Ekonomi Mikro, Penerbit BPFE-Yogyakarta, Yogyakarta.
 Engel, James F., Blackwell, Roger D., dan Miniard, Paul W., 1994. Perilaku Konsumen, Alih bahasa Budiyanto, Binarupa Aksara, Jakarta,.
http://Pakarbisnisonline.blogspot.com/2009/2/makalah-pengertian-pemasaran-dan.html  diakses tanggal 02 Januari 2009
N. Gregory Mankiw, 2006. Principles of Enconomics, Pengantar Ekonomi Mikro, Edisi 3, Penerbit Salemba Empat. Jakarta